TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi migas siap jual (lifting migas) sepanjang 2019 adalah sebesar 1,8 juta barel per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD)
Angka itu lebih rendah dari target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 2,025 juta BOEPD.
"Realisasi lifting migas 2019 90,5 persen dari target APBN," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat paparan kinerja SKK Migas di kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (8/1/2019).
Secara rinci, realisasi lifting minyak di 2019 mencapai 746 ribu barel per hari. Pencapaian itu lebih rendah dari target APBN 2019 sebesar 775 barel per hari.
Baca: Tingkatkan Produksi, Pertamina EP Raup Laba 604 Juta Dollar AS
Baca: Pertamina EP Rantau Field Raih Padmamitra Award
Dwi menjelaskan, potensi lifitng minyak di Indonesia bisa mencapai 752 ribu barel per hari. Namun, ada sejumlah faktor yang menyebabkan capaian lifting 2019 lebih rendah dari potensinya.
"Ada beberapa yang buat terjadi pengurangan, yakni kebocoran EMCL di Cepu yang kalau setahun berkurang 2.900 barel per hari. Kebocoran pipa di PHE OSES, unplanned shut down, isu H2S Spike HCML, kebakaran hutan Riau, sehingga realisasi produksi segitu," paparnya.
Sementara itu, realisasi lifting gas selama 2019 yakni sebesar 5.934 MMSCFD atau 84,5 persen dari target APBN 2019 7 ribu MMSCFD.
Menurut Dwi, potensi lifting gas bisa lebih besar hingga 6000 MMSCFD, namun karena ada gas yang belum terserap maka lifting gas 2019 hanya mencapai 5.934 MSCFSD.
"Itu disebabkan curtailment pembatalan pembelian gas, belum terjual," jelas dia.