Laporan Waratawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman memprediksi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berada di kisaran 110.034 KL/hari atau turun 20 persen dibandingkan kondisi normal.
Penurunan konsumsi ini menyusul adanya larangan mudik serta kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang makin meluas di seluruh wilayah Indonesia.
Baca: Pertamina Prediksi Kebutuhan LPG Naik 6 Persen Selama Ramadan
Meski begitu, Pertamina tetap siaga mengamankan stok BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sepanjang jalur utama tol maupun arteri.
"Pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik. Tetapi seluruh SPBU di jalur utama tetap beroperasi untuk mengamankan pasokan BBM bagi angkutan logistik, sembako, alat kesehatan serta angkutan kebutuhan penting lainnya yang diperbolehkan beroperasi," tutur Fajriyah, Jumat (24/4/2020)
Pertamina, lanjutnya, tetap siaga mengamankan pasokan agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik, utamanya dalam penanggulangan Covid-19.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan permintaan konsumen BBM turun drastis dalam RDP panja BUMN energi dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (16/4/2020).
"Penurunan konsumsi BBM produk Premium dan Pertaseries ini mencapai 16,78 persen per hari dibandingkan Januari dan Februari 2020. PSBB membuat penjualan semakin tertekan," kata Nicke secara virtual.
Di ibu kota Jakarta, Nicke mengatakan permintaan pasar BBM turun sangat dalam hingga 59 persen dibandingkan kota-kota besar lainnya.
"Ini situasi yang belum pernah terjadi dalam sejarah Pertamina," terangnya.
Sementara penjualan produk gasoil atau solar juga rata-rata turun 8,38 persen dibanding Januari dan Februari 2020.
Nicke menjelaskan turunnya permintaan konsumen ini berdampak besar pada operasional kilang dan keuangan perusahaan.
Baca: 7 Mobil Mewah Diparkir di Bandara Soekarno-Hatta Hingga 3 Bulan, Tarif Parkir Capai Ratusan Juta
"Demikian juga untuk BBM aviasi penurunannya di atas 60 persen karena banyak maskapai berhenti operasi," tuturnya melanjutkan.
Lebih lanjut, Nicke menjelaskan penurunan harga minyak dunia terjadi karena terjadinya over suplai dan diimbangi dengan penurunan demand.