TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi pada kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi dalam negeri berada di level negatif alias kontraksi.
Sebab, sejak awal April 2020 konsumsi rumah tangga sebagai penyokong produk domestik bruto berkurang.
Perhitungan Ekonom Indef Enny Sri Hartati, konsumsi rumah tangga pada bulan ini sangat sudah bisa menggambarkan tren di dua bulan ke depan.
Baca: Liverpool Tertarik Datangkan Kylian Mbappe dari Paris Saint Germain
Baca: Pemilik Fiorentina Bersedia Lepas Winger Andalannya ke Juventus
Sehingga diprediksi PDB pada April-Juni 2020 turun 1 persen. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 bakal anjlok dibanding kuartal II-2019 yang di level 5,05 persen.
Menurut Indef, di awal kuartal II-2020 ini konsumsi masyarakat menengah bawah sangat terpengaruh oleh dampak corona virus disease 2019 (Covid-19).
Sebagai gambaran, Enny bilang harga gabah di tingkat petani drop, begitu pula dengan tangkapan hasil nelayan. Meski suplai tidak begitu turun, distribusi barang yang tersendat membuat daya beli mereka berkurang.
“Itu yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat di level produksi, ini memicu pengurangan tenaga kerja, yang pasti drop benar konsumsi rumah tangga,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Minggu (26/4).
Sementara, untuk konsumsi masyarakat golongan ekonomi menengah dan atas juga koreksi. Enny menyampaikan saat ini penjualan ritel yang masih melayani konsumen, hanya seputar barang primer seperti sembako. Sementara, aktivitas jual-beli barang sekunder dan tersier menurun.
“Sehingga konsumsi masyarakat tinggal kebutuhan pokok, konsumsi turun akibat yang kena dirumahkan, pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga konsumsi rumah tangga turun jauh,” ujar dia.
Enny bilang anggaran perlindungan sosial dalam rangka Covid-19 yang mencapai Rp 110 triliun tidak akan mencukupi konsumsi masyarakat. Hitungan Indef, pekerja yang rentan miskin mencapai 115 juta jiwa. Jauh dari asumsi pemerintah yang di bawah 100 juta jiwa.
Kendati begitu, Enny bilang jika virus corona hilang pada Mei mendatang, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 bisa di level positif 1 persen-2 persen. Catatannya, pemerintah harus betul-betul menjaga keberlangsungan sektor hulu seperti pertanian.
Masalahnya, Indef memantau sampai saat ini stimulus dari pemerintah belum sampai tepat sasaran. “Bila dana perlindungan sosial tidak meng-cover masyarakat yang seharusnya akan sulit. Perkembangan sampai akhir April banyak kepala daerah yang dananya belum turun, ini akan berat. Berpotensi drop di kuartal II sampai kuartal III nanti,” ujar dia.
Setali tiga uang, Enny meramal bila pertumbuhan ekonomi kuartal II-III tahun ini negatif, maka sampai akhir tahun bakal koreksi. Menurut dia, sekalipun pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 dan kuartal IV-2020 positif, tidak akan bisa menutup penurunan di pertengahan tahun.
Berita Ini Sudah Tayang di KONTAN, dengan judul: Indef prediksi ekonomi Indonesia turun 1% di kuartal kedua 2020