Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Maskapai penerbangan British Airways dikabarkan akan melakukan pemangkasan terhadap 12.000 pegawainya.
Langkah tersebut akibat dampak dari wabah virus corona atau Covid-19.
Baca: Imbas Covid-19, Airbus Umumkan Kerugian Kuartalan 481 Juta Euro
Menurut laporan BBC yang dikutip Kamis (30/4/2020), IAG yang merupakan perusahaan induk British Airways perlu menerapkan program restrukturisasi hingga industri penerbangan kembali ke level normal seperti awal tahun 2019.
British Airways sendiri diketahui memiliki jumlah pekerja hingga saat ini, sebanyak 42.000 pegawai.
Menurut IAG, proposal restrukturisasi ini masih dalam tahap konsultasi.
Namun kemungkinana akan berdampak kepada British Airways, dan berujung terhadap penghentian hubungan kerja (PHK) kepada 12.000 pegawai.
IAG yang juga merupakan pemilik maskapai Spanyol Iberia dan Aer Lingus Irlandia juga menyebutkan, butuh beberapa tahun sampai industri penerbangan kembali ke level sebelum virus corona mewabah.
Sementara itu menurut CEO British Airways, Alex Cruz, mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, outlook industri penerbangan semakin memburuk.
"Maka dari itu kita harus bertindak. Kita percaya Bisnis kita kuat, dikelola dengan baik, dan telah menghadapi berbagai krisis dalam 100 tahun sejarah kita," ujar Cruz dalam suratnnya kepada para pegawai.
Ia juga menyampaian kepada para pegawai, bahwa pihaknya harus menghadapi krisis ini sendiri. Tidak ada bantuan dari pemerintah dan kita tidak bisa mengharapkan masyarakat untuk mengimbangi gaji.
Baca: Karyawan Positif Covid-19, Pabrik Rokok Sampoerna Setop Sementara Kegiatan Produksi
"Kita akan melihat beberapa maskapai, akan gulung tikar atau menutup perusahaan mereka," ucap Cruz.
Sebagai informai, British Airways sendiri saat ini sudah merumahkan sementara 4.500 pilot dan 16.000 awak kabin.