Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR Sudin meminta Kementerian Pertanian (Kementan) agar memulihkan volume pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) dan kegiatan benih yang dikurangi terlampau besar.
Menurutnya langkah ini tidak sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat sarana produksi untuk mengantisipasi dampak Covid-19.
"Komisi IV DPR meminta Kementan agar pengadaan alat mesin pra dan pascapanen dan kegiatan benih atau bibit dipulihkan volumenya atau minimal sesuai perencanaan awal dengan anggaran berasal dari efisiensi Setjen yang disepakati pada RDP Selasa (28/4/2020)," tutur Sudin, Rabu (29/4/2020).
Baca: Bupati Sragen Siapkan Ruang Isolasi di Rumah Angker Bagi Pemudik yang Tak Patuhi Karantina Mandiri
Baca: Pengajuan Cuti PNS Dilarang Selama Pandemi Virus Corona
Ia juga meminta program optimalisasi pemanfaatan pupuk organik sebesar Rp 90 miliar agar direalokasi untuk mendukung pengadaan alsintan pascapanen.
Komisi IV meminta realokasi anggaran diversifikasi pangan sebesar Rp 109 miliar ke kegiatan pengembangan jagung dan pengembangan kedelai dan kacang-kacangan lainnya.
Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi mengatakan kegiatan bantuan benih atau bibit untuk petani perlu didorong untuk memastikan penanam kembali bisa dilakukan lebih cepat.
"Petani juga kebingungan saat ingin menanam baru. Saya harapkan Kementan memetakan luas wilayah produktif, biaya kuli sehingga anggarannya semua diarahkan kesana. Supaya musim panen berikutnya lebih baik lagi, kita bisa mengantisipasi masa paceklik," urai Dedi.
Sebelumnya, Kementan melaporkan realokasi anggaran belanja operasional alat mesin pertanian (alsintan) pra dan pascapanen tahun ini.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy dalam RDP dengan Komisi IV DPR secara virtual, Rabu (29/4/2020).
"Penghematan alsintan cukup dalam dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 254 miliar. Tadi Pak Sekjen sudah mengatakan mudah-mudahan alsintan tahun lalu bisa digunakan tahun ini tentunya dengan proporsional," ujar Sarwo.
Ia menjelaskan secara volume belanja alsintan pra panen ini turun dari 23.400 unit menjadi 13.300 unit.
Adapun belanja alsintan tahun ini secara rinci meliputi 1.820 traktor roda dua, 190 traktor roda empat, 4.400 unit pompa air, 1.000 unit cultivator, sedangkan pengadaan rice transplanter dan seeding tray ditiadakan.
Dirjen PSP juga menambah belanja operasional baru yang sebelumnya tidak masuk anggaran yakni hand sprayer sebanyak 5.890 unit.
"Hand sprayer ini yang paling banyak diminta oleh petani di masa pandemi Covid-19. Mereka membutuhkan untuk penyemprotan disinfektan," paparnya.
Di belanja non operasional, PSP Kementan menghapus beberapa anggaran belanja diantaranya bangunan konservasi dan antisipasi anomali iklim, cetak sawah dan SID serta operasional UPJA.
"Optimalisasi pemanfaatan pupuk organik sebelumnya direncanakan dialokasikan sebesar Rp 204 miliar pada rancangan ini dianulir atau dibatalkan," ucap Sarwo Edhy.