TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor pariwisata, termasuk bisnis restoran, menjadi sektor yang mengalami dampak paling parah akibat pandemi Covid-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, sektor pariwisata dan restoran mengalami penurunan mencapai 70 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selain pariwisata ada sektor transportasi dan ritel yang mengalami penurunan mencapai 40 persen.
"Sektor utama yang terdampak tentunya yang terkait pariwisata, restoran, sarana umum, transportasi dan retail. Dampaknya lebih dari 40 persen. Bahkan restoran, pariwisata itu sekitar 70 persen," kata Airlangga Hartanto usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Kamis (30/4/2020).
Adapun daerah yang paling terdampak di sektor pariwisata menurut Airlangga adalah daerah tujuan wisata yang selama ini menjadi favorit wisatawan mancanegara (wisman), yakni Bali, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, termasuk Jakarta.
"Itu memang dampaknya dalam. Demikian juga Jakarta yang melakukan PSBB, cukup dalam," katanya.
Meskipun demikian, menurut Airlangga, masih ada sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi, antara lain industri karet yang tumbuh 20 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Lalu ada industri makanan pokok yang tubuh 13 persen, farmasi dan alat kesehatan 13 persen, dan minyak nabati 14 persen," katanya.
Dari sisi ketenagakerjaan termasuk SDM pariwisata di dalamnya, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan mencapai satu juta lebih.
Baca: 12.822 Calon Jemaah Haji Khusus Lunasi Bipih Tahap I, Pelunasan Tahap II Mulai 12 Hingga 20 Mei 2020
Kemudian yang di-PHK 375.000 sehingga total yang dirumahkan mencapai 1,4 juta pekerja.
Kemudian pekerja informal 314.833 orang sehingga jumlahnya mencapai 1,7 juta secara total.
Pemerintah menurut Airlangga telah menyiapkan skema untuk membantu para pekerja yang dirumahkan akibat pandemi Covid-19. Salah satunya melalui kartu Pra-Kerja.
"Mereka yang terkena PHK dan dirumahkan ini akan dimasukkan ke dalam program kartu pra kerja secara bertahap dan bergelombang dalam 4sampai 5 minggu ke depan," katanya.
Stimulus Ekonomi
Sementara itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh kepala daerah untuk segera merancang program daerah guna memperkuat stimulus ekonomi.
Jokowi berharap, program daerah itu bisa dimanfaatkan bagi masyarakat yang terkena dampak akibat pandemi virus corona (Covid-19).
"Saya hanya titip dalam menyiapkan program stimulus di daerah jalankan dengan skema yang jelas, yang transparan dan terstruktur," kata Jokowi saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2020 melalui siaran video conference, Kamis (30/4/2020).
Baca: Update Corona Dunia 1 Mei 2020: Tembus 3,3 Juta Kasus, Berikut 10 Negara dengan Kasus Terbanyak
Presiden juga meminta para gubernur, bupati dan wali kota untuk menjelaskan dengan rinci terkait stimulus apa yang akan diberikan untuk tenaga kerja.
Jangan sampai, kepala daerah yang sudah melakukan program stimulus tetapi masih terjadi pemecatan tenaga kerja di daerah.
"Jangan hanya mau mendapatkan stimulus ekonomi tetapi tetap melakukan PHK pada para pekerjaannya," jelas Jokowi.
Selain itu, Jokowi meminta pemerintah daerah memverifikasi dan lakukan evaluasi berkala terkait efektivitas paket stimulus ekonomi.
Sehingga, bantuan itu berdampak pada masyarakat atau tidak.
Jokowi juga mengatakan di tengah pandemi Covid-19 saat ini harus dibutuhkan sinergi yang kuat seluruh elemen pemerintah baik pusat maupun daerah.
"Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, provinsi, kabupaten dan kota sampai pemerintah daerah harus berjalan satu arah, satu kebijakan yang solid, kalau ada masalah di lapangan kita sempurnakan bersama-sama," kata Jokowi.
Pada saat yang sama Jokowi juga meminta para kepala daerah menyiapkan langkah antisipasi menghadapi pandemi Covid-19.
Langkah yang disiapkan juga harus menghitung berbagai kemungkinan.
Baca: Dapat Laporan Anak Demam, Dokter Soi Rela Mendaki 2 Gunung dengan Menggunakan APD, Potretnya Viral
Pasalnya, Jokowi menyebut belum ada kepastian kapan wabah virus corona berakhir. Bahkan, sejumlah negara menghadapi gelombang kedua penyebaran virus corona.
"Kita harus siapkan diri berbagai skenario yang paling ringan, skenario sedang, dan skenario yang paling berat," kata Jokowi.
"Setiap ahli memiliki hitung-hitungan yang berbeda mengenai pandemi Covid-19. Beberapa negara maju yang awalnya menyatakan sudah recover justru mengalami gelombang kedua," tambahnya.
Kepala Negara meyakini, kunci keberhasilan ke luar dari wabah corona adalah dengan kedisiplinan, kecepatan dan mengambil langkah yang tepat.
Selain itu, Jokowi meminta skenario yang disiapkan juga harus lintas sektor dan menyeluruh. Termasuk sektor yang paling bawah.
"Dengan berbagai skenario itu, kita siapkan langkah-langkah mitigasi, baik mitigasi dampak kesehatan maupun dampak ekonomi. Dan sekaligus menyiapkan langkah-langkah recovery, langkah pemulihan jika penyebaran Covid-19 ini sudah bisa kita kendalikan," jelas Jokowi.(tribun network/fik/yud/dod)