TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat bisnis Rhenald Kasali menilai langkah Gojek melakukan konsolidasi bisnis sebagai keputusan yang tepat.
Strategi untuk kembali fokus pada bisnis inti akan menjadikan Gojek lebih kuat dalam menghadapi Pandemi Covid19.
Menurut founder Rumah Perubahan tersebut, semua sektor bisnis saat ini terdampak pandemi, apalagi sektor pariwisata.
Dia menilai wajar jika perusahaan sampai merumahkan karyawan karena dalam kondisi ini yang perlu diperhatikan adalah beban operasional atau operational expenditure (opex) bukan belanja modal atau capital expenditure (capex).
“Dalam hal capex, perusahaan bisa menundanya tapi untuk opex, saat ini semua perusahaan dituntut melakukan penghematan,” ujarnya.
Rhenald juga menekankan agar keputusan startup melakukan reorganisasi bisnis ini jangan didramatisir.
Keputusan mereorganisasi bisnis itu bukan menjadi ukuran daya tahan suatu perusahaan.
Menurutnya, daya tahan bisnis itu terletak di bidang bisnisnya, di mana saat ini bidang bisnis yang terkait pariwisata dan event organizer terkena dampak paling signifikan.
“Saat perusahaan memiliki dana cukup, dia bisa eksplorasi. Tapi selanjutnya, dari hasil eksplorasi itu, dia bisa menilai bisnis mana yang akan jadi fokusnya. Kemudian ketika terjadi guncangan ekonomi, semua perusahaan harus lakukan pemangkasan. Trimming,” tuturnya.
Pengamat Ekonomi yang juga Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero berpendapat, langkah Gojek berkonsolidasi ke bisnis inti sudah tepat.
“Jika pada awalnya dia mungkin ekspansi dengan membuka layanan tambahan, lalu di tengah jalan dia konsolidasi, itu lebih karena dia menganalisa lini apa yang bisa tumbuh, mana yang tidak bisa. Lalu jika akhirnya dia memutuskan memperkuat lini usaha tertentu, keputusan itu wajar,” ujarnya, Rabu (24/6/2020).
Menurut Poltak, kondisi yang dialami dunia usaha saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan skalanya juga global.
Di tataran global, lanjutnya, juga terjadi konsolidasi yang bertujuan untuk memperkuat bisnis inti apalagi banyak sektor yang terdampak oleh pandemi, seperti penerbangan, akomodasi, hingga pembiayaan.
Sementara itu, bisnis pengantaran (delivery) di saat pandemi dinilai dia justru bertumbuh di saat lini bisnis lainnya bertumbangan.
“Start-up itu ke depannya harus lincah dan jangan hanya mengandalkan satu lini saja, apalagi jika lini itu memiliki segmen yang sangat sempit. Kalau bisnis konvensional saja bisa begitu lincah dengan membaca peluang yang ada, kenapa start-up tidak?” ujarnya.