Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) berusaha tetap mempertahankan penjualan selama diterpa pandemi Covid-19.
Secara garis besar, pabrikan mobil niaga asal Jepang tersebut menyiapkan dua strategi besar untuk menghadapi virus Corona.
Marketing Division Head IAMI, Attias Asril mengatakan strategi pertama ialah Defense Mode terlebih dahulu saat pandemi Covid-19 menyerang.
"Kami menyiapkan dua skenario besarnya adalah yang pertama kita adalah defense dulu. Bagaimana perusahaan itu dapat mengapung dahulu di tengah badai ini, jangan berpikir untuk melaju, yang penting kita mengapung, dengan mengapung artinya kita masih ada, kita masih terlihat, kita masih hidup," tutur Attias saat Ngovid Forwot, Jumat (26/6/2020).
Baca: Mundurnya Penerapan Euro 4, Isuzu Panther Tak Jadi Disuntik Mati hingga Penundaan Rilis MU-X Terbaru
Baca: Tak Perlu Pusing Urusan Ganti Suku Cadang di Masa Pandemi, Isuzu Diskon 5 Jenis Spare Parts Ini
Strategi defense yang diterapkan Isuzu terbagi menjadi reaksi dan recession.
Yang pertama reaksi seperti menerapkan protokol kesehatan untuk seluruh karyawan dan saat melayani konsumen.
Lalu, tetap berhubungan baik dan memberi informasi ke seluruh pemangku kepentingan, serta meninjau kembali syarat dan ketentuan kontrak.
"Kemudian pada tahapan recession, tentunya pada saat ini ialah bagaimana disiplin dan fokus pada cash flow itu menjadi hal yang paling penting, sambil mengamati performa dan kapabilitas dari ekosistem IAMI. Ekosistem IAMI ini ya diler, karoseri dan supplier," ungkap Attias.
Tahapan akhir dari recession ialah mempersiapkan skenario risiko dalam semua strategi dan operasional.
Kemudian saat memasuki era New Normal, Isuzu akan mulai masuk ke strategi Offense Mode.
"Tahapan Offense akan dimulai dengan rebound menuju era New Normal," terangnya.
Isuzu akan memetakan kembali segmentasi pasar, mencari segmen baru dan fokus pada segmen tersebut.
Selanjutnya, melakukan perencanaan dalam membangun kesiapan supply chain untuk potensi rebound, serta mengembangkan organisasi dan operasional yang fleksibel.
Tahapan berikutnya ialah reimagine yang dilakukan dengan pendekatan kerja yang gesit dan mempertajam kemampuan market intelligence.
"Lalu penggunaan multi-channel, ini akan menjadi suatu hal yang lumrah atau menjadi kebiasaan dalam hal penjualan ataupun aftersales, bagaimana penggunaan digital akan terus meningkat. Yang terakhir, bagaimana kerja sama kita untuk meningkatkan ketahanan perusahaan itu menjadi konsen," jelas Attias.