TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tengah fokus mengembangkan produksi bahan bakar ramah lingkungan atau green energy.
Selain untuk menjaga lingkungan, pengembangan green energy didorong untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, yang sumber cadangannya terus menipis.
Minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) menjadi salah satu komoditas utama energi baru terbarukan (EBT) yang digunakan Pertamina untuk mesubstitusi bahan bakar fosil.
Baca: Serikat Pekerja Pertamina Gugat Erick Thohir, Begini Respons Legislator PDIP
Baca: Wacana Penyederhanaan BBM Dikhawatirkan Bebani Biaya Logistik
Lantas, produk bahan bakar apa saja yang sudah dan akan diproduksi oleh Pertamina dengan menggunakan CPO?
1. D-100
D-100 merupakan bahan bakar jenis solar, yang diproduksi dari CPO yang telah diproses lebih lanjut, sehingga getah, impurities, dan baunya hilang, atau biasa disebut RBDPO.
Beberapa waktu lalu Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, telah melakukan uji coba performa penggunaan D-100 dalam campuran bahan bakar kendaraan.
D-100 yang diproduksi Pertamina memiliki spesifikasi Cetane Number yang sangat tinggi, yaitu hingga 79. Sehingga memang diyakini dapat menghasilkan performa kendaraan yang lebih baik sebagai campuran bahan bakar.
Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Budi Santoso Syarif menjelaskan, dalam uji performa tersebut bahan bakar yang digunakan adalah campuran D-100 sebanyak 20 persen, Dexlite sebanyak 50 persen, dan FAME sebanyak 30 persen.
“Menurut hasil uji lab kami, terukur bahwa angka Cetane Number bahan bakar campuran D-100 pada Dexlite dan FAME yang digunakan tersebut mencapai angka minimal 60 atau lebih tinggi dari bahan bakar diesel yang ada saat ini," ungkapnya.
Begitu pula dengan hasil uji emisi kendaraan menunjukkan opacity atau kepekatan asap gas buang turun menjadi 1,7 persen, dari sebelumnya 2,6 persen saat tidak dicampur dengan D-100.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengklaim penggunaan bahan bakar D-100 bagi kendaraan dapat menghasilkan performa mesin yang baik dan ramah lingkungan.
"Ketika saya melakukan kunjungan kerja ke DHDT Refinery Unit (RU) II milik Pertamina di Dumai, saya bersama Bu Dirut menaiki mobil yang sudah diuji dengan bahan bakar D-100, dan hasilnya suara mesin halus. Ini sekaligus sosialisasi hasil uji coba pengolahan RBDPO 100 persen,” kata Agus.
Untuk produksi D-100, saat ini dilakukan Pertamina di Kilang Dumai. Di mana, setiap harinya perseroan mampu memproduksi 1.000 barrel D-100.