Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede mengatakan, pemerintah sangat peduli dengan kelestarian lingkungan.
Menurutnya, selain mengundang investasi datang ke Indonesia lewat RUU Cipta Kerja, pemerintah juga berhati-hati terhadap dampak yang terjadi kepada lingkungan.
Hal ini pun menepis anggapan dari beberapa kalangan yang menyebut pemerintah tidak peduli terhadap dampak lingkungan dan akan menghilangkan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) melalui Omnibus Law Cipta Kerja.
"Pemerintah sangat concern terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kita tidak menghilangkan Amdal dalam RUU Cipta Kerja," kata Raden Pardede di Kemenko Perekonomian, Senin (10/08/2020).
Baca: Pandemi Covid-19 Ubah Paradigma Investor Tentang Strategi Membiakkan Modal
Raden Pardede menjelaskan, investasi yang masuk ke Indonesia bertujuan untuk memulihkan perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Maka dari itu, investasi tidak boleh dipersulit agar Indonesia dilirik investor.
"Terkait Amdal, jika ada investasi yang berisiko tinggi terhadap lingkungan maka harus ada kajian khusus agar tidak merusak lingkungan dan harus ada Amdal," ujarnya.
Raden Pardede juga menjelaskan, jika ada investasi yang tidak berisiko mengganggu lingkungan maka tidak perlu diberikan Amdal.
"Pemerintah akan memilah investasi mana saja yang beresiko tinggi terhadap lingkungan apa tidak. Jika tidak berisiko maka tidak diperlukan Amdal," imbuhnya.
Menurutnya, penyeleksian investasi yang masuk seperti ini sudah diberlakukan di negara-negara maju.
Dia pun mengaku sudah mendiskusikan ini kepada berbagai pihak seperti World Bank terkait masalah lingkungan tersebut.
"Kita juga sudah berdiskusi dengan World Bank terkait Amdal. Jika ada risiko rendah maka investasi tidak akan dipersulit. Hal ini mungkin yang menjadi kesalahpahaman banyak orang. Dikira pemerintah akan menghilangkan Amdal tapi tidak seperti itu, pemerintah akan memilah mana investasi yang berisiko atau yang tidak," ujarnya.
Ketika ditanya pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang minus 5,32 persen berdasarkan data BPS, Raden Pardede mengatakan bahwa hampir semua negara yang terwabah Covid-19 mengalami pertumbuhan yang minus dan bahkan ada yang mengalami resesi.