Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waktu tersisa yang tinggal satu bulan menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) membuat pasar keuangan menghadapi banyak ketidakpastian.
Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, ketidakpastian mulai dari calon Partai Republik dan Presiden Trump terkena Virus Covid 19 sampai peluang sengketa pemilu.
"Lalu, debat pertama Presiden Donald Trump dan calon dari Partai Demokrat Joe Biden dianggap kejam dan diwarnai hujan interupsi dan penghinaan. Perdebatan seputar ekonomi AS, pencalonan Amy Coney Barrett di Mahkamah Agung, serta penanganan pandemi virus korona baru di Amerika Serikat," ujarnya, Minggu (4/10/2020).
Trump, kata Hans, juga mengatakan pemungutan suara melalui surat berpeluang terjadi kecurangan meski engamat mengatakan tidak ada bukti bahwa hal itu terjadi di AS.
Baca: Trump Positif Covid-19 Bikin Pelaku Pasar Khawatir, Sampai Kapan?
Sementara itu, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang periode pasca pemilu, apalagi kalau Trump sampai kalah dari Biden.
"Bila nanti Biden memenangkan pemilihan maka hal yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar adalah pajak perusahaan mungkin akan naik dan peraturan yang lebih ketat. Kenaikan pajak dan peraturan yang ketat akan menekan laba korporasi, berakibat valuasi saham menjadi lebih mahal," kata Hans.
Baca: Facebook, Twitter dan TikTok Sepakat Hapus Konten yang Berharap Donald Trump Meninggal karena Corona
Namun, Hans menilai Biden dapat meredakan kekhawatiran tentang perang perdagangan dengan China dan banyak negara lain yang selama ini dilakukan oleh Trump.
Menurut dia, perang dagang terbukti mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia dan menimbulkan banyak kerugian bagi banyak Negara.
"Selain itu, paket stimulus fiskal untuk mendongkrak ekonomi akibat virus corona yang selama ini gagal disepakati partai Demokrat dan Republik lebih berpeluang di sahkan," pungkasnya.