TRIBUNNEWS.COM, Washington DC – Indonesia mendapat perpanjangan privilege Generalized Preference System (GSP) dari Amerika Serikat pada 30 Oktober lalu sehingga memperoleh pemangkasan tarif masuk barang (ekspor) ke negeri paman sam.
Menyambut hal tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memperluas kerja sama dengan Kementerian Perdagangan untuk mendukung peningkatan ekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat.
Perluasan kemitraan terjadi setelah BRI melalui Unit Kerja Luar Negeri New York Agency menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles.
Penandatanganan MoU telah dilakukan Kepala ITPC Los Angeles Bayu Nugroho dengan General Manager BRI New York Agency Tri Hartono pada 19 November 2020, disaksikan Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Arlinda, serta Atase Perdagangan pada KBRI Washington DC, AS, Wijayanto.
“Kerja sama ini menambah panjang kolaborasi yang dilakukan BRI New York Agency dengan Kemendag RI untuk menggenjot ekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat. Pada 2019 lalu, BRI New York telah menandatangani MoU dengan ITPC Chicago, AS. Melalui kerja sama ini, kesempatan bagi nasabah UKM serta korporasi BRI semakin terbuka untuk mengikuti segala kegiatan perdagangan serta akses pembiayaan ekspor agar bisa mengapalkan produk-produknya ke AS,” ujar GM BRI New York Agency Tri Hartono.
Kerja sama BRI dengan Kemendag untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke AS telah dijalin sejak beberapa tahun lalu.
Sejauh ini, BRI telah bekerjasama dengan ITPC di wilayah Kanada, Amerika Serikat, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Selain untuk menggenjot ekspor ke kawasan-kawasan tersebut, kerja sama BRI dan ITPC di Benua Amerika juga dibangun demi menarik minat calon investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, sebagai bank BUMN terbesar di Indonesia BRI berkomitmen terus mendukung upaya pemerintah meningkatkan ekspor ke AS dan negara sekitarnya.
Karena itu, BRI tidak akan berhenti menjalin kerja sama demi membuka akses yang lebih luas bagi UKM dan nasabah lain agar bisa memperluas pasar di skala global.
“BRI terus mendorong agar semakin banyak UKM dan pelaku bisnis di Indonesia yang bisa mengekspor produk-produknya ke Amerika Serikat. Peningkatan ekspor akan membawa banyak dampak positif, seperti meningkatnya pendapatan para pelaku usaha serta mengikis defisit transaksi berjalan (CAD) yang merupakan salah satu tantangan besar perekonomian Indonesia,” ujar Sunarso.
BRI dengan ITPC berupaya untuk meningkatkan transaksi ekspor Indonesia ke wilayah Amerika Utara, Tengah dan Selatan.
Untuk mempercepat realisasi target tersebut, hingga kini BRI sudah melayani transaksi perdagangan (trade finance) bagi lebih dari 8.800 nasabah UMKM dan 200 nasabah korporasi.
Pola business matching dan penyediaan fasilitas Trade Finance serta Payment Gateway BRI melalui Unit Kerja Luar Negeri diharapkan dapat mendukung peningkatan ekspor Indonesia ke wilayah Amerika lima tahun mendatang.
“Saya sangat yakin kerja sama ini akan berdampak positif untuk memacu peningkatan ekspor Indonesia ke AS, sebagaimana selalu ditekankan Menteri Perdagangan untuk melakukan langkah-langkah nyata menggenjot ekspor Indonesia. Kerja sama ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku bisnis Indonesia yang menargetkan pasar AS,” ujar Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Arlinda.
Potensi meningkatnya ekspor produk UKM terbuka lebar, terutama pasca AS memperpanjang preferensi tarif GSP kepada Indonesia.
GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh AS kepada negara-negara berkembang sejak 1974.
Perpanjangan kebijakan ini membuka peluang produk-produk UKM masuk ke AS. Produk UKM yang cukup diminati warga AS diantaranya kerajinan, pintu kayu, serta perhiasan perak.(*)