TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Wisnu Wardana mengatakan proses pemulihan ekonomi global akan berlangsung secara bertahap, dan berpengaruh pada ekonomi domestik.
Hal tersebut dipicu potensi tantangan seperti proses pendistribusian vaksin dan ancaman gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid-19).
Ia menjelaskan bahwa pada sektor keuangan, volatilitas nilai tukar diperkirakan akan lebih rendah dengan tren melemah terbatas.
"Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang akan mendorong impor dan perbaikan harga komoditas, terutama untuk komoditas minyak kelapa sawit (CPO)," ujar Wisnu, dalam agenda virtual 'Workshop Economic Outlook 2021' yang digelar Bank Danamon, Senin (21/12/2020).
Baca juga: Pendiri dan Direktur Pekka: Katup Perekonomian Indonesia Adalah Perempuan Kepala Keluarga
Sementara itu, arus modal asing juga diprediksi masih akan masuk ke negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia.
Seiring dengan berlanjutnya stimulus fiskal di negara maju dan kebijakan bank sentral dunia yang akomodatif.
Sedangkan untuk kebijakan fiskal dan moneter, Bank Indonesia (BI) diprakirakan akan menjaga suku bunga acuan pada level rendah dan melanjutkan Quantitative Easing (QE) demi menjaga ketersediaan likuiditas.
Baca juga: Ekonom Bank Danamon Prediksi Ekonomi Global dan Domestik Pulih di 2021
Di sisi lain, menurutnya, pemerintah akan memulai konsolidasi fiskal yang ditandai dengan target defisit yang lebih kecil pada 5,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB), untuk memenuhi target defisit di bawah 3,0 persen pada 2023 mendatang.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, anggaran untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) masih akan berlanjut sekitar Rp 370 triliun.
"Dengan memiliki wawasan dan pandangan terkait kondisi ekonomi tahun depan, tentunya informasi ini dapat bermanfaat dalam membuat keputusan yang lebih tepat terkait pengelolaan keuangan usaha maupun pribadi, sehingga dapat berperan aktif dalam pemulihan ekonomi nasional kedepannya," kata Wisnu.