Dirumahkan Tanpa Digaji
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani mengungkapkan, sebanyak 32,60 persen pengusaha melakukan efisiensi jam kerja.
Lalu pekerja yang dirumahkan tanpa digaji ada sebanyak 17,06 persen, imbas dari pandemi Covid-19.
"Dari covid-19 ini banyak pelaku usaha melakukan efisiensi yaitu penguranhan jam kerja sebesar 32,60 persen, lalu pekerja yang dirumahkan tidak dibayar 17,06%," kata Rosan dalam video virtual yang dikutip Jumat (6/11/2020).
Lalu, untuk memberhentikan pekerja dalam waktu singkat tercatat sebanyak 12.80 persen lalu dirumah atau dibayar sebagian itu sebesar 6,45 persen. Sedangkan pekerja yang dirumahkan atau dibayar penuh hanya 3,69 persen.
"Karena ini likuiditas yang masih kecil kalau di PHK harus bayar pesangon jadi ini langkah-langkah kita," ungkapnya.
Selain itu, Kadin pun juga tengah melakukan peningkatan kreativitas dan inovasi di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya mendorong sumber daya manusia (SDM) agar lebih kreatif dan adaptif dalam menyambut situasi saat ini.
"Kita membangun rantai jaringan pemasaran yang efektif," tandasnya.
Kilas Balik Resesi 1998
Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi 1998 (resesi ekonomi Indonesia). Sebelumnya, Indonesia yang merupakan negara terbesar di kawasan ASEAN tiba-tiba terjun ke jurang krisis ekonomi dengan pertumbuhan yang minus.
Dalam sejarah resesi ekonomi Indonesia, krisis tersebut bahkan sampai jadi pemicu utamanya tumbangnya kekuasaan Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.
Dilansir dari Harian Kompas, 21 Desember 1998, krisis ekonomi 1998 dimulai sejak setahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia minus selama 6 bulan di tahun 1997, dan berikutnya masih minus di sembilan bulan pertama tahun 1998.
Pemerintah sampai harus meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Oktober 1997, meski belakangan bantuan lembaga keuangan global itu tak banyak membantu Indonesia. Bahkan situasi seperti lepas kendali di tahun 1998. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.
Dampak resesi ekonomi seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi di Asia Tenggara.
Resesi ekonomi berlanjut lagi menjadi krisis sosial kemudian ke krisis politik yang memaksa Presiden Soeharto saat itu harus meletakan kekuasannya yang sudah didudukinya sejak tahun 1965.