News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gali Potensi Minyak Jelantah untuk Penuhi Kebutuhan Biodiesel

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) memiliki berbagai kegunaan terutama untuk bahan bakar biodiesel.

Menurutnya, potensi minyak jelantah yang mencapai tiga juta kiloliter masih bisa dimaksimalkan.

"Kalau bisa kita kelola (minyak jelantah) dengan baik, bisa memenuhi sebagian kebutuhan biodiesel nasional," ucap Andriah dalam webinar Katadata bertema Peluang Minyak Jelantah Sebagai Alternatif Bahan Baku Biodiesel, Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Menteri ESDM Targetkan BBM Satu Harga Capai 500 Titik hingga 2024

Selain itu, pengembangan biodiesel berbasis minyak jelantah memiliki peluang untuk dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk diekspor.

Dipasarkan di luar negeri pun memiliki peluang yang cukup besar.

Dengan memanfaatkan minyak jelantah, biaya produksi pun bisa lebih hemat 35 persen, dibandingkan dengan biodiesel dari minyak nabati yang dihasilkan dari tanaman buah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO).

Baca juga: Kementerian ESDM Serap 93,8 Persen Anggaran 2020 dari Pagu Rp 6,2 Triliun

"Tapi ini harus dilihat lagi, karena kita liat dari beberapa industri yang ada tidak bisa sustain. Ada hal-hal yang memengaruhi biaya operasionalnya," ungkap Andriah.

Sementara untuk pemanfaatan minyak jelantah sebagai feedstock biorefinery, menurut VP Strategic Planing Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Prayitno masih ada hal yang harus dipikirkan.

"Untuk UCO yang menjadi salah satu PRnya bagaimana kita mengumpulkan minyak jelantah untuk skala industri, termasuk logistik dan handling. Kita bisa benchmark dari perusahaan di luar (negeri), bagaimana mereka mengumpulkan minyak jelantah," jelas Prayitno.

"Untuk CPO, kita perlu jaminan feedstock serta semacam kebijakan atau support dari stakeholder untuk memastikan secara bisnis juga, baik bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan ini," sambungnya.

Apabila sekitar 1,2 juta kilo biodiesel dari kelapa sawit diganti dengan minyak jelantah yang dikumpulkan dari sektor rumah tangga, maka bisa menghemat sekitar Rp 4,2 triliun.

Angka itu sesuai dengan angka data produksi biodiesel dari 2020.

Meski demikian, minyak jelantah adalah salah satu limbah minyak kelapa sawit yang keberadaannya membahayakan lingkungan dan kesehatan.

Di sisi kesehatan, minyak jelantah juga menjadi ancaman bagi tinggginya jumlah penyakit kronis layaknya jantung, kolesterol, stroke, hingga kanker.

Di sisi lain, pemerintah sedang menggalakan program Bahan Bakar Nabati (BBN) melalui produksi biodiesel untuk mewujudkan ketahanan energi masa depan.

Bahan baku pembuatan biodiesel berasal dari minyak sawit (CPO) yang dapat menghasilkan bahan bakar pengganti solar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini