TRIBUNNEWS.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot dibuka menguat ke level Rp 14.058 per dolar, Jumat (29/1/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik 0,14% dari penutupan sebelumnya.
Penguatan rupiah ini berbeda dengan prediksi analis yang sempat dihubungi Kontan.co.id, kemarin Kamis (28/1/2021).
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, sentimen bagi aset berisiko seperti rupiah kembali negatif hingga penutupan perdagangan hari ini.
Adapun beberapa sentimen negatif terakumulasi, seperti kekhawatiran rencana stimulus yang bakal digelontorkan Amerika Serikat (AS).
"Kekhawatiran kalau Joe Biden tidak akan (gelontorkan stimulus) secepat dan sebesar yang diharapkan. Ditambah lagi, kasus pandemi virus corona global masih menanjak dan turut menekan aset berisiko," kata dia kepada Kontan.co.id.
Apalagi, stimulus AS sejauh ini sangat diharapkan untuk membantu pemulihan ekonomi, pengendalian pandemi, sekaligus untuk kelancaran ekonomi global.
Baca juga: Viral Transaksi Pakai Dinar dan Dirham, BI Tegaskan Alat Bayar Sah Cuma Rupiah
Baca juga: Katalog Promo JSM Indomaret 29-31 Januari 2021: Harga Spesial Minyak Goreng Rp 24.900 & Diskon Beras
Di sisi lain, Federal Reserve tampaknya masih mendukung kebijakan suku bunga rendah.
Hanya saja, bank sentral AS itu juga mengkhawatirkan pemulihan ekonomi yang bergantung pada penurunan penularan virus corona dan kemajuan pelaksanaan vaksinasi.
"Dengan kondisi ini, ada kemungkinan pelemahan rupiah akan berlanjut, dengan potensi kisaran Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS," katanya.
Sementara itu, kurs rupiah berbeda dengan sejumlah mata uang regional lainnya yang melemah terhadap dolar AS.
Di antaranya dolar Singapura melemah 0,12%, Yen Jepang melemah 0,19%, Yuan, China melemah 0,06%, dan dolar Australia melemah 0,23%.
Adapun, di Indonesia, Bank Central Asia (BCA) mematok kurs jual pada Rp 14.095 per dolar AS.
Kurs jual berarti pihak bank menjual dolar AS pada posisi ini.