Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, kebijakan fiskal dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) digunakan secara optimal untuk mendorong momentum pemulihan berkelanjutan.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, mengatakan pemulihan ekonomi akan berlanjut di 2021 dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 4,5 persen hingga 5,3 persen.
Terdapat tiga faktor utama sebagai framework kebijakan pemulihan ekonomi 2021 yaitu intervensi kesehatan, anggaran yang fleksibel, dan reformasi struktural.
Baca juga: Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Akan Benar-benar Terakselerasi Secara Baik Pada 2022
“Nomor satu adalah intervensi kesehatan, di bawah kategori ini ada vaksin dan vaksinasi, dilanjutkan dengan pengetatan protokol kesehatan 3M dan tentu saja intervensi lainnya. Ini sangat penting, ini adalah pengubah pertama,” ujar Suahasil dalam sambutannya pada Kanopi FEB UI: Indonesia Economic Outlook 2021 "Post-Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia’s Economy" secara video conference, Senin (8/2/2021).
Faktor utama yang kedua adalah anggaran yang fleksibel untuk perlindungan sosial, untuk membantu kelompok terbawah dan kelompok rentan.
Selain itu, untuk memastikan bahwa sektor usaha baik mikro, kecil menengah, dan korporasi besar dapat terus berjalan selama masa pandemi dan mencari kemampuan untuk menjaga kelangsungan usaha.
"Sementara, untuk faktor utama ketiga adalah reformasi struktural. Bertahan di tengah pandemi sangat penting, namun itu saja tidak cukup," kata Suahasil.
Menurutnya, Indonesia harus melakukan reformasi, sehingga ketika ekonomi pulih Indonesia telah memiliki platform baru untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan nasional.
"Satu di antaranya melalui Undang-Undang Cipta Kerja. Jadi, ketiganya sangat penting bagi perekonomian Indonesia 2021," pungkasnya.