Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan rencana pemberian relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di sektor otomotif sangat penting.
Dia menilai industri otomotif memiliki ribuan items atau rantai pasok yang disuplai dari industri dalam negeri.
Baca juga: Mendag Lutfi Mengaku Diminta Jokowi Atasi Persoalan Daya Beli Masyarakat hingga UMKM
"Kita ini memproduksi kira-kira 2,2 juta mobil dan kita mengekspor 250 ribu mobil dari 310 ribu mobil tahun sebelumnya. Nilai ekspor mobil RI sebesar 6,6 miliar dolar AS tahun 2020," kata Mendag saat wawancara virtual dengan Tribun Network, Selasa (16/2/2021).
Menurutnya, relaksasi PPnBM untuk pembelian mobil dan motor ini akan meningkatkan daya beli masyarakat.
Baca juga: Ada Relaksasi PPnBM 0 Persen dan Diskon, Benarkah Harga Low MPV Bisa Semurah LCGC?
Mendag meyakini daya beli masyarakat ini akan berdampak terhadap pertumbuhan di sektor kredit perbankan.
"Tahun 2020 ini kredit perbankan terkontraksi dalam. Jadi orang tidak pinjam duit, orang menaruh uangnya di bank. Tidak berjalan ini ekonomi kita, kalau kita relaksasi peraturannya bukan berarti PPnBM uang pemerintah malahan kurang, justru malah naik karena perusahaan mobil bisa restocking kendaraan mereka," tutur Dubes RI untuk Amerika Serikat ke-20 ini.
Baca juga: Menperin: Relaksasi PPnBM Dapat Tingkatkan Gairah Pertumbuhan Ekonomi Industri Otomotif
Dampaknya, industri otomotif akan kembali membuka lapangan kerja di seluruh rantai pasok dan pemerintah dapat kembali menarik Pajak Penghasilan (PPh) dari berbagai items.
"Tujuannya ini untuk menggerakan ekonomi nasional. Apalagi Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mencatat surplus RI sebesar 1,69 miliar dolar AS sehingga membuat rupiah cukup bagus di Rp13.910 per dolar AS " urai Mendag Lutfi.
Pemerintah menekankan bahwa penguatan ekonomi dalam negeri ini akan membuat struktur impor akan meningkat.
Dengan penguatan ini pula, Mendag menuturkan, industri akan bersiap-siap untuk impor serta menggerakkan produksi.
"Begitu produksi jalan saya jamin ekspor mobil ini akan ketemu di 300 ribu unit lagi. Artinya nilai ekspor kita akan naik dari 6,6 miliar dolar AS menjadi 8,5 miliar dolar AS di tahun 202 seperti tahun 2019," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyetujui usulan Kementerian Perindustrian terkait relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor baru.
Hal ini dilakukan sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tengah pandemi Covid-19.
Relaksasi ini akan berlaku mulai 1 Maret 2021 secara bertahap. Insentif PPnBM sebesar 100 persen dari tarif akan diberikan pada tahap pertama. Selanjutnya, pemerintah akan memberi potongan pajak sebesar 50 persen dari tarif pajak pada tahap kedua atau tiga bulan berikutnya. Kemudian, pada tahap ketiga, potongan pajak yang diberikan tinggal 25 persen.