News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Investasi Listrik Jawa Tengah Terangi Geliat Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

Penulis: garudea prabawati
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proyek Pembangunan PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6, di Jepara, Jawa Tengah.

Realisasi investasi di Jawa Tengah sepanjang 2020 mencapai Rp50,24 triliun, tembus 202 persen dari target yakni sebesar Rp24,89 triliun. Dalam capaian ini kontribusi investasi di sektor energi listrik besar nilainya. Tidak hanya itu efeknya pun berkepanjangan, mendukung pengembangan investasi, khususnya yang masuk ke Jateng.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Garudea Prabawati

TRIBUNNEWS.COM - Ketersediaan listrik yang memadai dan berkelanjutan menjadi satu di antara pilar penting masuknya investasi ke Jawa Tengah (Jateng).

Jateng pun telah lama berlabel daerah tujuan investasi dan ekspansi industri, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Tentu saja keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki Jateng membutuhkan banyak dukungan, termasuk ketersediaan listrik yang memadai.

Untuk itulah pembangunan pembangkit listrik baru terus digalakkan.

Satu di antaranya proyek PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 (PLTU Jawa 4) di Kabupaten Jepara.

Asisten Manager Komunikasi PLN Tanjung Jati B, Grahita Muhammad menyebut saat ini PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 masih dalam proses pembangunan.

“Nantinya apabila unit 5 dan 6 sudah selesai dan beroperasi total kapasitasnya mencapai  4.664 megawatt (Mw),” terangnya kepada Tribunnews.com, Sabtu (27/2/2021).

Baca juga: Kementerian ESDM Sebut 50 Persen Pasokan Listrik di Merauke Bakal Bersumber dari EBT

Proyeksinya akan menjadi yang terbesar se-Pulau Jawa, lantaran melampaui PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur, yang sekarang memegang rekor dengan total kapasitas 4.600 Mw.

Proyek Pembangunan PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6, di Jepara, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Grahita menyebut ke depan apabila unit 5 dan 6 rampung, PLTU Tanjung Jati B akan berkontribusi sebesar 18 persen terhadap pasokan listrik Jawa - Bali atau setara dengan 4,6 juta pelanggan rumah tangga.

Di mana seperti diketahui sistem Jawa - Bali saat ini kebutuhan listriknya 25.000 Mw dengan beban puncaknya 27.000 Mw.

Dukung Masuknya Investasi

Ketersediaan listrik yang memadai juga guna mendukung pengembangan investasi, khususnya yang masuk ke Jateng.

"Kami selalu support pemerintah, termasuk saat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng ingin menarik investasi sebanyak-banyaknya, dengan beberapa pembangunan pembangkit baru di Jateng kami memastikan pasokan listrik sangat cukup."

Baca juga: Strategi Kementerian ESDM Menuju Kehidupan Tanpa Emisi di Tahun 2060

"Artinya ini adalah kesempatan yang baik untuk para investor menanamkan investasinya ke Jateng," ujar Grahita.

Grahita menambahkan setidaknya PLTU Tanjung Jati B ini akan memperkuat keandalan listrik Jawa bagian tengah, termasuk pembangkit baru lainnya yakni PLTU Batang dan PLTU Cilacap Ekspansi II di Kabupaten Cilacap.

Juga memperkuat interkoneksi jaringan listrik dari barat, tengah, hingga timur Pulau Jawa.

Proyek Pembangunan PLTU Tanjung Jati B unit 1, 2, 3 dan 4, di Jepara, Jawa Tengah. (ISTIMEWA)

Pengembangan PLTU TJB unit 5 dan 6 atau yang kerap disebut PLTU Jawa 4 dilakukan PT Bhumi Jati Power (BJP) sebagai independent power producer (IPP).

"Progres pembangunan saat ini sudah 96 persen tinggal komisioning-komisioning unit saja, dan akan siap dioperasikan," ujar Ari Wibawa Nurma Saputra selaku External Relations Manager di BJP, kepada Tribunnews.com, Sabtu (27/2/2021).

Saat ini, unit 5 dan 6 berkapasitas sekitar 2x1.000 Mw, apabila seluruhnya selesai maka PLTU Tanjung Jati B mengoperasikan pembangkit berdaya 4.664 Mw.

Seperti diketahui BJP merupakan perusahaan gabungan antara Sumitomo Corporation Group, The Kansai Electric Power Co. Inc. Group Jepang, dan United Tractors (UT) Group.

Baca juga: PGN Ikut Kebijakan Kementerian ESDM Soal Proyek Transmisi Cirebon - Semarang

Nilai investasi pengembangan PLTU Jawa 4 diperkirakan mencapai US$4,2 miliar atau sekitar Rp58,8 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS), yang masuk ke Jateng.

“Jateng dipilih untuk pengembangan lantaran kondusivitas dan iklim investasi yang baik,” lanjutnya.

Ari juga menyebut proyek PLTU Jawa 4 ini juga menyerap tenaga kerja cukup banyak, 60 persen lebih tenaga kerja untuk proses kontruksi diserap dari Jepara.

Tak hanya itu BJB pun senada dengan Pemprov Jateng yang mengedepankan proyek investasi yang tidak merusak lingkungan.

Dari sisi teknologi, lanjut Ari, PLTU ini merupakan pembangkit besar pertama di Indonesia yang menggunakan boiler Ultra Super Critical (USC).

Dengan teknologi tersebut lebih meningkatkan efisiensi pembangkit sehingga membuatnya semakin rendah emisi karbon.

Baca juga: Menteri ESDM: RI Bersaing dengan Negara Penghasil Minyak untuk Tarik Investasi

Artinya menjadi lebih ramah lingkungan.

Realisasi Investasi Jateng 2020 Naik 202 Persen

“Ada garis arahan yang jelas dari Pak Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, kita memang membutuhkan investasi sebanyak-banyaknya tetapi investasi itu adalah investasi yang berkualitas,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Ratna Kawuri, kepada Tribunnews.com, Sabtu (27/2/2021).

Ukuran kualitas itu yakni termasuk yang tidak merusak lingkungan.

“Kita memang punya kepentingan untuk menarik investasi itu sebanyak-banyaknya, tapi kalau itu merusak lingkungan nanti dulu,” lanjutnya.

Ratna mengatakan realisasi capaian investasi Jateng sepanjang 2020 mencapai Rp50,24 triliun terdata di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Rupanya angka tersebut naik 202 persen dari target yakni sebesar Rp24,89 triliun.

Sektor Listrik Berkontribusi Besar terhadap Realisasi Investasi Jateng

Ratna menyebut dalam capaian investasi sepanjang 2020, kontribusi sektor listrik berkontribusi besar.

Bahkan sektor listrik menjadi yang pertama dilirik oleh Penanaman Modal Asing (PMA) untuk menanamkan modalnya.

Baru setelah itu mereka menanamkan modal di sektor gas, dan air, lantas diikuti industri tekstil, barang dari kulit, serta alas kaki.

Baca juga: 20 Situs Warisan Geologi di Yogyakarta Resmi Ditetapkan Kementerian ESDM

Sementara sektor listrik juga turut serta dilirik oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Di samping itu PMDN juga meminati sektor transportasi, gudang, telekomunikasi, gas, air, industri mineral nonlogam, jasa, perumahan kawasan industri, dan perkantoran.

“Kalau investasi energi dalam hal ini listrik kita punya PLTU-PLTU yang proyeknya belum selesai, itu realisasinya sangat besar karena memang nilai investasinya tinggi,” kata Retno.

Oase di Tengah Pandemi

Walaupun capaian realisasi investasi Jateng naik dari target di tahun 2020, namun secara year on year (yoy) 2019 ke 2020, terdapat penurunan cukup tajam hingga 15 persen.

“Karena 2019 itu realisasi kita Rp59,5 triliun,” ungkap Ratna.

Tentu saja penurunan investasi ini juga akibat pandemi Covid-19 yang menggerus perekonomian global.

Juga adanya pembatasan-pembatasan sosial yang berpengaruh besar.

Namun setidaknya masih ada kabar baik di tengah pandemi Covid-19, ibarat kata ada oase di tengah pandemi.

Ratna menerangkan walaupun ada penurunan nilai investasi, tapi penyerapan tenaga kerja di tahun 2020 lebih besar dibandingkan tahun 2019.

Hal ini menjadi kabar baik di tengah gempuran-gempuran pandemi Covid-19.

Baca juga: PGN Ikut Kebijakan Kementerian ESDM Soal Proyek Transmisi Cirebon - Semarang

Total penyerapan tenaga kerja selama tahun 2020 di Jateng sebanyak 170.036 orang, lebih banyak dari 2019 yakni sebanyak 114.743 orang.

Di mana proyek investasi dari PMA menyerap 99.022 tenaga kerja, sedangkan PMDN menyerap 71.014 tenaga kerja.

Seperti halnya yang terjadi pada proyek PLTU Jawa 4, yang menyerap 60 persen lebih tenaga kerja dari Jepara atau warga lokal untuk proses kontruksi.

Baca juga: Menteri ESDM Minta Daerah Percepat Rumusan Kebijakan Energi di Wilayahnya

Optimis

Dan berbicara untuk tahun 2021, Ratna mengakui tetap optimis.

“Kita menetapkan asumsi yang optimis, kita optimis pandemi ini akan selesai karena memang kerja keras Pemerintah Indonesia termasuk melalui kebijakannya untuk menangani kasus Covid-19, tingkat kesadaran masyarakat yang semakin masif, juga adanya vaksin Covid-19," katanya.

Sehingga harapannya capaian investasi di 2021 akan naik dari capaian 2020.

"Targetnya nilai capaian investasi 2021 dapat naik 4 hingga 5 persen, dan efeknya dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah di tengah Pandemi Covid-19," tutupnya. (*)

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini