Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini mengatakan, kinerja laba perusahaan pelat merah tidak sebanding dengan utang besar yang dimilikinya.
Berdasar data yang dia dapatkan, utang seluruh BUMN saat ini tercatat Rp 1.682 triliun pada periode Januari-September 2020.
Angka tersebut melonjak tajam jika dibandingkan 2018 (Rp 1.251,7 triliun) dan 2019 (Rp 1.393 triliun).
Sementara itu disisi lain, berdasarkan data Kementerian Keuangan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas laba 10 BUMN terbesar di 2020, diperkirakan hanya sekitar Rp 40 triliun.
Detailnya, hanya sebanyak 5 BUMN yang realisasi PNBP-nya diperkirakan di atas Rp 1 triliun. Yakni Bank BRI (Rp 11,8 triliun), Bank Mandiri (Rp 9,9 triliun), Pertamina (Rp 8,5 triliun), Telkom Indonesia (Rp 8,0 triliun), dan Bank BNI (Rp 2,3 triliun).
Baca juga: Tahun Ini Kementerian Keuangan Tutup Defisit APBN Lewat Utang, Nilainya Rp 6.361 Triliun
"Utang BUMN ini cukup besar. Sampai akhir tahun itu kira-kira Rp1.680an. BUMN ini sekarang penyerahan laba ke pemerintah kecil, tapi utangnya ribuan triliun," jelas Didik dalam diskusi Indef secara virtual, Rabu (24/3/2021).
Baca juga: Meski Surplus Arus Kas, Ternyata BPJS Kesehatan Masih Defisit Rp6,36 TriliunÂ
Ia kembali menambahkan, perusahaan-perusahaan pelat merah ini harus bertindak untuk mengeksekusi kegiatan ekonomi. Seperti melakukan berbagai penugasan dari pemerintah.
Namun di sisi lain, BUMN memiliki utang yang cukup banyak dan akan terbebani dari adanya penugasan-penugasan Pemerintah tersebut.
Baca juga: Ekonom Ramal Ekonomi Belum Pulih di 2023, Pemerintah Overconfidence Defisit di Bawah 3 Persen
"BUMN ini seperti binatang, antara diperlukan atau tidak diperlukan. Diperlukan karena dia mengeksekusi kegiatan ekonomi, tetapi disisi lain beban utangnya banyak," pungkas Didik.