TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Golkar Lamhot Sinaga mengatakan, kebakaran yang terjadi di kilang minyak Pertamina bukan hanya terjadi kali ini saja.
Dia mengungkapkan, sebelum kejadian di Balongan Senin (29/3) lalu, kebakaran juga pernah terjadi di Kilang Pertamina di Balikpapan, Dumai dan Cilacap.
"Kejadian ini cenderung berulang dan Pertamina gagal mengantisipasi terhadap kondisi kilang-kilang yang sudah tua," ujar Lamhot melalui keterangannya, Rabu (31/3/2021).
Baca juga: Pertamina Siagakan Perawat 24 Jam di Pengungsian Korban Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Lamhot mengingatkan Pertamina agar jangan menganggap bahwa stok BBM aman dan tidak terdampak karena kebakaran kilang Balongan berarti permasalahan selesai.
Dia menilai permasalahan tidak hanya pada ketersediaan stok BBM, terlalu menyederhanakan persoalan untuk perusahaan besar seperti Pertamina.
"Kenapa kejadian ini berulang, berarti safety procedure di Pertamina sangat lemah, dan sangat memalukan untuk perusahaan milik negara. Jangan sampai muncul pemikiran kalau keamanan stok BBM kita sangat ringkih dan berisiko, karena setiap saat bisa terjadi kebakaran," katanya.
Baca juga: Update Kilang Balongan, Pertamina: Dua Tangki Berhasil Dipadamkan
Untuk menghindari kejadian berulang, Lamhot merekomendasikan agar Pertamina melakukan asesmen menyeluruh khususnya terhadap safety procedure di semua kilang dan depo Pertamina di seluruh Indonesia.
Dia mendesak Pertamina melakukan pemeriksaan mulai dari pertimbangan keselamatan primer (Primary Safety Considerations), seperti desain tangki, perpipaan tahan api, perangkat pengukur level beserta alarm, perangkat pencegahan kebakaran dan lain-lain.
"Termasuk juga pertimbangan keselamatan level sekunder seperti pondasi tangki sesuai standar, deteksi kebocoran, deteksi uap dan gas, pengawasan CCTV dan seterusnya," ucapnya.
"Serta pertimbangan keselamatan level tertier seperti area keselamatan yang menjamin tidak ada korban masyarakat sekitar, bahkan mempertimbangkan relokasi kepada masyarakat yang terdekat dengan kilang," lanjutnya.
Karena kilang pertamina sudah banyak yang sudah tua, seperti kilang Balongan yang beroperasi sejak 1994, Pertamina harus berani mengubah sistem manajemen pemeliharaan peralatan guna memastikan keandalannya dalam pengoperasian walau hal ini akan menggerus keuntungan Pertamina.
Pengujian peralatan secara berkala dan terpisah dari aktivitas operasional untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan peralatan yang bisa memicu kebakaran.
"Kalau memang benar kebakaran ini disebabkan petir, berarti ada peralatan anti petir yang tidak berfungsi normal, padahal teknologi anti petir di kilang ataupun di pabrik adalah sesuatu yang umum," ucapnya.
Terhadap kejadian ini, Komisi VI DPR RI akan meminta penjelasan Pertamina mengenai penyebab dan dampak kebakaran kilang Balongan dan meminta penjelasan mengenai mitigasi dan manajemen perubahan terkait safety procedure perangkat keras, perangkat lunak, mode operasi dan kesiapan SDM Pertamina.
"Sekaligus meminta pertanggungjawaban Manajemen Pertamina terhadap banyak korban yang diakibatkan oleh kebakaran kilang tersebut, serta meminta jaminan Pertamina bahwa kejadian tersebut tidak akan terulang kembali di kemudian hari," pungkasnya.