News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kebakaran di Kilang Minyak Balongan

Kilang Balongan Terbakar, Mafia Impor BBM Ambil Untung

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kilang minyak Pertamina di Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terbakar, Senin dinihari lalu.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyampaikan hipotesis bahwa ada dugaan kemungkinan insiden tersebut disengaja atau bukan kebakaran, melainkan dibakar.

"Tampaknya bayangan dan logika saya ke arah dibakar, tapi masih sekadar dugaan, hipotesis. Dugaan tadi didasari bahwa sistem pengamanan Pertamina mestinya standar internasional, berlapis, sehingga bisa mencapai zero accident untuk kilang yang strategis," ujarnya saat dihubungi Tribunnews, Selasa (30/3/2021).

Seperti diketahui, hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

Sebelumnya, Pertamina mengatakan, penyebab terjadinya kebakaran Refinery Unit (RU) VI Balongan di Indramayu diduga akibat sambaran petir.

Namun, Fahmy mengaku tidak bisa menerima dugaan itu dengan akal sehat karena alasan seharusnya Pertamina memiliki sistem keamanan canggih.

Baca juga: Cerita Warga Balongan Saat Terjadi Ledakan Kilang, Api Seakan Mengejar Kami. . .

"Saya meyakini ada sistem keamanan canggih. Kalau akibat petir, saya tidak percaya," katanya.

Lalu dasar hipotesis kedua yakni jika melihat sejarah, betapa sulitnya Pertamina membangun kilang, sehingga kali ini kemungkinan juga dipersulit di sisi operasional.

Baca juga: Muncul Analisa, Kebakaran Kilang Balongan Diduga Disengaja, Ada Peran Mafia Minyak?

"Misal di Kilang Cilacap kerja sama dengan Aramco, setelah 5 tahun batal dan di Bontang dengan Oman, setelah setahun, (Oman) bilang tidak layak. Selain itu, di Tuban dengan Rusia berjalan lancar, tapi tiba-tiba ada masalah pembebasan lahan, belum dibangun juga," kata Fahmy.

Mantan anggota Tim Anti Mafia Migas tersebut menambahkan, dasar hipotesis ketiga adalah indikasi mendorong impor bahan bakar minyak (BBM) dengan mencegah Pertamina untuk membangun atau memaksimalkan produksi kilang.

"Saya duga kebakaran ini bagian untuk menghambat produksi kilang agar impor BBM. Jadi, 400 ribu barel ludes (akibat Kilang Balongan terbakar) tidak mungkin bisa dipenuhi dari kilang lainnya karena umurnya tua renta," tutur Fahmy

Dia menambahkan, dari sisi kesulitan Pertamina dalam membangun kilang sudah ada indikasi ketika dirinya jadi anggota Tim Anti Mafia Migas.

"Ada indikasi mencegah pembangunan kilang. Tujuannya memperbesar impor BBM karena dengan adanya kilang, impor BBM berkurang, mafia migas bermain untung di impor," pungkasnya.

Kata Pertamina

Sekadar informasi tambahan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menerangkan pihaknya hingga kini belum mengetahui pasti penyebab terbakarnya kilang Balongan.

Pertamina masih melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab pasti kebakaran.

"Penyebab kebakaran tersebut belum kita ketahui dengan pasti. Sampai saat ini kami masih melakukan investigasi dibantu oleh pihak-pihak berwenang sehingga fokus kami saat ini adalah menyelesaikan kondisi darurat di lapangan," kata Nicke, Senin (29/3/2021).

Kata BMKG

Sementara, Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono membeberkan hasil monitoring dari pihaknya.

Utama terkait fenomena petir yang terjadi di wilayah Balongan, Kabupaten Indramayu, saat Pertamina RU VI Balongan terbakar.

Ia mengatakan, BMKG telah menganalisis kejadian sambaran petir di sekitar lokasi Pertamina RU VI Balongan Indramayu pada jam perkiraan kejadian kebakaran tersebut.

Analisa tersebut menggunakan alat monitoring lightning detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 WIB-02.00 WIB.

Hasilnya, kerapatan petir berkumpul pada bagian barat Pertamina RU VI Balongan sejauh kurang lebih 77 kilometer.

"Tepatnya, di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petirnya sedang-tinggi," ujar Rahmat Triyono.

Rahmat menyampaikan, BMKG secara rutin memonitor aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia menggunakan lightning detector di 56 lokasi.

Monitoring dilakukan menggunakan alat lightning detector dengan Resolusi alat monitoring BMKG efektif pada radius 300 kilometer.

Update kabar terbaru Kebakaran di Kilang Minyak Balongan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini