TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Era globalisasi saat ini, persaingan pasar kerja semakin ketat, Pelaku UMKM di Indonesia memiliki beberapa permasalahan, seperti: bidang manajemen, organisasi, teknologi, permodalan, operasional dan teknis di lapangan, terbatasnya akses pasar, kendala perizinan, serta biaya-biaya non teknis di lapangan yang sulit untuk dihindarkan.
Hikmah adanya pandemi covid 19 ini, menjadi momentum bagi KUMKM untuk melakukan akselerasi transformasi digital di berbagai sektor kehidupan, agar usahanya tetap eksis.
"Menurut data, hanya UMKM yang terhubung platform digital mengalami pertumbuhan, sejak pandemi Covid-19 di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah transaksi secara daring sebesar 26%, sementara UMKM yang belum terhubung dengan platform digital mengalami penurunan omset," kata Deputi bidang UKM KemenkopUKM, Hanung Harimba Rachman, saat membuka Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pelaku UKM melalui zoom, Senin (26/4/2021).
Pada kesempatan ini, KemenkopUKM menghadirkan para pemateri antara lain dari Universitas Prasetya Mulya, Koperasi Digital Indonesia (KODI), Telkomsel dan Garuda Indonesia kargo.
Digitalisasi itu lanjut Hanung, sangat penting, selain untuk memudahkan akses pembiayaan, pasar dan trend pola konsumsi masyarakat ke digital, tapi juga belanja, transfer uang yang semuanya melalui mobile banking smartphone.
KemenkopUKM mengembangkan satu model sirkuit ekonomi melalui kelembagaan koperasi. Dengan melakukan korporatisasi usaha kecil, korporatisasi petani, nelayan, peternak, perajin dan sebagainya melalui satu kelembagaan yaitu koperasi. Tidak boleh lagi ada usaha kecil, baik anggota koperasi atau non anggota koperasi yang tidak berskala ekonomi. Kedepan harus menjadi usaha kolektif dalam skala bisnis atau skala keekonomian dan seluruh tahapan proses dari mulai produksi sampai ke hilir, keuntungannya harus dinikmati oleh para anggota koperasi. Koperasi menjadi pilihan yang tepat untuk membangun sirkuit ekonomi yang bisa memberi kesejahteraan sampai hilirisasi.
"Salah satu agenda prioritas KemenkopUKM adalah melakukan transformasi koperasi dan UMKM ke arah ekonomi digital untuk mencapai efisiensi dan efektifitas," papar Hanung.
Ia minta UMKM harus jeli dan mempunyai intuisi untuk melihat peluang pasar, sehingga produk UMKM selalu berorientasi pasar (market oriented). UMKM yang mampu beradaptasi dalam mengikuti perubahan dan mampu membaca permintaan dari pasar, serta yang bisa beralih dari konvensional menjadi online, terbukti yang mampu bertahan di tengah masa pandemi ini.
Melalui Pelatihan Pengembangan Keahlian Pemanfaatan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegence), Pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan UKM serta Peltihan Vocational Pengembangan Marketing Mix ini ia berharap khususnya pada UKM dapat menjadi lebih unggul dan berdaya saing, dapat menyelesaikan permasalahan dalam manajemen usahanya dan menjadi pemenang dalam persaingan yang semakin ketat, serta memberikan solusi bagi Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran.
Sementara Asdep Pengembangan SDM UKM Dwi Andriani Sulistiyowati dalam sambutannya mengatakan, pelatihan ini untuk meningkatkan kemampuan tekhnis dan manajemen pelaku UKM, khususnya dalam hal keuangan, manajemen keuangan dan digital marketing. Diharapkan peserta menjadi pelaku UKM yang tangguh handal yang bisa memperluas akses pasar. Ia juga senang bisa bekerjasama dengan para nara sumber yang sangat berkualitas di bidangnya, diharapkan bisa membantu mentransformasi koperasi menjadi koperasi modern dan UKM naik kelas.
"UMKM yang bisa mengakses digital hanya sekitar 19% atau 12,1 juta, kita minta ditingkatkan supaya bisa memperluas pasarnya baik di dalam maupun luar negeri," harap Dwi Andriani.
Salah satu peserta pelatihan, Dewi Anwar yang memproduksi cake di daerah Tangerang Selatan dengan merk Batinos Pastry, merasa sangat terbantu pemasaran secara online di media sosial dan marketplace tokopedia. "Pemasaran secara online sangat efektif dan membantu. Untuk kue-kue kering pembelinya dari berbagai daerah di Indonesia, semua itu saya pasarkan melalui online," tutur Dewi Anwar.