Laporan Reporter Kontan, Yudho Winarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemulihan ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur pertumbuhan positif, ditandai berbagai perbaikan. Namun sejumlah kalangan menilai perbaikan akan terjaga ketika mampu menangani pandemi dengan lebih baik.
Sektor FMCG yang cenderung membaik, juga menjadi bukti berbagai perusahaan tetap mampu menjaga kinerja di tengah pandemi.
Ekonom senior yang juga dosen Institut Perbanas, Piter Abdullah, menilai kinerja emiten FMCG yang masih positif memang tidak bisa dijadikan acuan bahwa performa bisnis sudah kembali positif. Secara umum sektor produk konsumen masih terdampak pandemi.
Kata Piter, perekonomian pulih jika keseluruhan indikator ekonomi sudah membaik, dan daya beli konsumen kembali pada titik semula.
Dia mengatakan, sektor industri khususnya terkait FMGC yang memang masih terdampak oleh pandemi meski sebagian besar poduknya adalah kebutuhan dasar masyarakat yang tetap dibeli walaupun terjadi pandemi.
"Meski begitu, tingkat penjualannya masih cukup baik meski secara tren menurun dan mampu menutup biaya operasional, namun dengan pertumbuhan harga masih bisa mencetak laba" ujar Piter dalam keterangannya, Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Riset L.E.K. Consulting: Rp 742 Triliun Omzet Ritel FMCG Gerakkan Pertumbuhan Bisnis B2B E-commerce
Ia mengingatkan, perekonomian belum akan pulih selama pandemi masih berlangsung.
Perbaikan beberapa indikator memang terjadi tetapi masih berpotensi kembali memburuk apabila pandemi mengalami gelombang kedua.
Baca juga: Aplikasi Logistik, Solusi Atasi Kendala Rantai Pasok Pedagang Tradisional FMCG saat Pandemi
Karena itu, menjadi penting untuk menjaga agar pandemi tidak memburuk sekaligus perusahaan melakukan adaptasi inovasi.
Di sisi lain, momen hari raya saja diharapkan akan menjadi pemicu kenaikan pertumbuhan konsumsi daya beli sehingga perlu dikelola dengan cermat oleh seluruh pemangku kepentingan.
Baca juga: Mantap, Unilever Sudah Bayar THR Karyawan di Hari Pertama Puasa
Unilever Indonesia, sebagai salah satu pelaku usaha produk konsumsi terbesar di Indonesia, hingga triwulan pertama tahun 2021, dihadapkan dengan pertumbuhan penjualan domestik yang melambat.
Meski demikian perseroan masih membukukan penjualan bersih sebesar Rp10,3 triliun ditopang sektor makanan yang masih tumbuh positif.
“Menghadapi pandemi yang berkepanjangan, Perseroan tetap berfokus pada pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis jangka panjang yang ditentukan oleh tiga prioritas utama kami yaitu ketersediaan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, keselamatan dan kesejahteraan karyawan, serta tetap berkontribusi pada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah agar Indonesia segera bangkit lebih kuat pasca pandemi,” ujar Ira Noviarti Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR).
Pada periode yang sama tahun lalu belum terjadi pembatasan aktivitas masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga kondisi ini menciptakan situasi yang kontras pada performa usaha lintas sektor.
Meski demikian, Unilever berhasil mencapai laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun dan peningkatan marjin laba sebelum pajak melalui optimalisasi dalam beberapa aspek, termasuk efisiensi pada operasional perusahaan.
Perusahaan juga berupaya menjaga daya beli agar pemulihan ekonomi bisa semakin positif.
Karena itu, beberapa merek unggulan seperti Kecap Bango dan Sahaja kini telah tersedia pada kemasan ekonomis yang diharap mampu mendorong konsumsi masyarakat meski polanya berubah.
Strategi lain yang dilakukan perseroan yaitu meluncurkan Muslim Centre of Excellence (MCOE), Inovasi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah karena sejalan dengan visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2024.
Secara nasional, pemerintah masih mencatatkan pertumbuhan yang positif pada sektor industri halal, khususnya produk makanan, farmasi, kosmetik, dan kebutuhan rumah tangga.
Lewat Unilever MCOE, Perseroan diharapkan mampu menjawab kebutuhan konsumen muslim di Indonesia, dan sekaligus menangkap peluang ekspor ke pasar global.
Dalam paparan virtual peluncuran MCOE Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan bahwa penguatan industri halal sejalan dengan upaya pemerintah mewujudkan visi Indonesia maju sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
“Saya menghargai komitmen dan juga keseriusan PT Unilever Indonesia Tbk di dalam melahirkan produk-produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya oleh umat muslim, yaitu produk halal," ujar Sri Mulyani
Dalam aspek kontribusi ke masyarakat, sekaligus penguatan komunitas Unilever melanjutkan beberapa program unggulan seperti dukungan sanitasi kepada 3.000 masjid di penjuru tanah air hasil kerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Meski masih penuh tantangan, tahun 2021 juga diharapkan menjadi tahun pemulihan.
"Dengan mengandalkan inovasi yang tepat sasaran memenuhi kebutuhan konsumen saat ini dan terus berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang, kami optimistis Perseroan dapat mengatasi berbagai tantangan dan siap menyambut dengan maksimal begitu momentum pemulihan ekonomi tiba,” tutup Ira.