Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten perusahaan pembiayaan, PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) membukukan laba bersih sebesar Rp 7,2 miliar pada kuartal I 2021 setelah mencatatkan rugi berturut-turut selama tiga tahun.
Direktur Keuangan Radana Finance Rizalsyah Riezky mengatakan, pertumbuhan laba tersebut setelah perseroan melakukan tranformasi bisnis pada 2020.
"Radana Finance melakukan penyempurnaan proses bisnis sehingga biaya operasional dapat ditekan sebesar 45 persen menjadi Rp 11 miliar dari posisi yang sama tahun sebelumnya (yoy) sebesar Rp 20 miliar," tutur Rizalsyah, Selasa (11/05/2021).
Baca juga: Bank Permata Suntik Modal Rp 50 Miliar ke Radana Finance
Faktor lain yang mendorong pertumbuhan bisnis, kata Rizalsyah, adanya perubahan misi perseroan untuk senantiasa mendukung pertumbuhan ekonomi UKM di Indonesia.
Menurutnya, Radana Finance mulai beralih dari pembiayaan konsumtif berupa pembiayaan multiguna motor dan mobil bekas, menjadi pembiayaan produktif yang berupa pembiayaan anjak piutang dan pembiayaan investasi dengan jaminan asset untuk nasabah UKM di Indonesia.
“Hal ini tercermin dari komposisi portofolio Perseroan yang di awal tahun 2020 memiliki komposisi sekitar 80 persen pembiayaan konsumtif dan sekitar 20 persen pembiayaan produktif, menjadi sekitar 15 persen pembiayaan konsumtif dan 85 persen pembiayaan produktif pada kuartal I 2021” kata Direktur Bisnis Radana Finance Milokevin Wendiady.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional Radana Finance Arif Budiman menambahkan, Radana Finance terus melakukan penyempurnaan proses bisnis secara menyeluruh terutama pada proses akuisisi dan pengelolaan piutang untuk memastikan kualitas piutang yang baik.
“Hingga Maret 2021, tingkat NPF-gross untuk portfolio produktif terjaga pada angka dibawah 1 persen. Hal ini membuat angka NPF-nett keseluruhan terjaga di angka 0 persen pada Kuartal I-2021 dari posisi yang sama sebelumnya sebesar 4,5 persen” ujarnya.
Radana Finance menargetkan pembiayaan baru sebesar Rp 1,5 triliun pada 2021.
Untuk mencapai target pembiayaan tersebut, Perseroan akan memperkuat 2 produk utama pembiayaan produktif yang saat ini dimiliki yaitu pembiayaan anjak piutang (factoring) dan pembiayaan investasi berbasis aset.