Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kampanye Cegah Perokok Anak oleh Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) yang diinisiasi sejak Desember 2020 mendapat sambutan dan respon positif dari masyarakat.
Aksi yang digelar dalam beberapa rangkaian ini fokus pada penyebaran konten-konten positif yang dekat dengan keseharian masyarakat, baik kalangan keluarga, pedagang, sekolah, dan lingkup anak-remaja.
Ketua Gaprindo Benny Wachjudi mengatakan, sampai dengan pertengahan 2021, animo masyarakat yang berkunjung ke portal informasi Cegah Perokok Anak terus meningkat.
Ia menyebut, kunjungan terbesar di artikel informasi tentang keluarga menandakan pembaca yang sangat butuh tambahan pengetahuan soal upaya preventif pada risiko merokok di usia dini.
Baca juga: Merokok Pengaruhi Kesehatan Jantung Anda dan Sederet Penyakit Ini Akan Menyertai
“Menariknya, para orang tua paham bahwa kontrol terbesar justru ada pada diri masing-masing anak. Peran orang tua untuk mengarahkan, agar anak secara sadar menghindari pengaruh dari lingkungan, bahkan efek sosial media. Tujuan edukasi seperti ini kami rasa sangat relevan dengan kondisi mayoritas keluarga di Indonesia,” kata Benny dalam keterangannya, Senin (7/6/2021).
Pada survei persepsi yang dilakukan Gaprindo, ratusan responden dewasa berasal dari beberapa kota di Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Medan, Denpasar, Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam survei tersebut, 90 persen responden sepakat bahwa edukasi terbaik untuk menekan perokok anak adalah pendekatan kepada orang tua dan guru, serta perlunya lebih banyak informasi soal risiko merokok di usia dini yang mudah dimengerti oleh anak.
"Peruntukan produk tembakau jelas untuk konsumen dewasa, dalam proses distribusi dan penjualan ke pengecer pun, para anggota kami selalu mengingatkan para pedagang untuk selektif pada pembeli," paparnyam
Benny menyatakan, komitmen Gaprindo terhadap isu perkembangan perokok anak di Indonesia akan terus dilanjutkan dan mendapat dukungan banyak pihak.
“Pengawasan yang dilakukan individu dewasa di lingkungan tempat tinggal harus dibangun sejak dini, karena sebesar apapun jargon-jargon yang dipasang, jika tidak dibarengi dengan ketegasan dan kedisiplinan publik dalam saling menjaga, tentu akan percuma," ujarnya.
"Apalagi, anak dan remaja di bawah umur punya rasa ingin tahu yang tinggi yang semakin dilarang justru semakin penasaran. Lantas, pembiaran ini mau sampai kapan kalau yang dewasa juga acuh pada sekitar,” sambungnya.