Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai kegiatan Work from Bali (WFB) tidak berdampak besar ke tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di Bali.
Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan, berdasarkan data yang ada, jumlah kamar di Bali mencapai 130 ribu dan okupansinya sebelum pandemi Covid-19 terbesar dari wisatawan mancanegara.
"Sebanyak 70 persen konstribusi okupansi dari asing, berarti 30 persennya dari domestik. Jadi bagaimanapun kalau fokus semua kegiatan di Bali, okupansi pasti hanya akan diangka 30 persen," kata Maulana saat dihubungi, Selasa (8/6/2021).
Menurutnya, okupansi kamar di Bali pada tahun lalu rata-rata hanya 20,25 persen, dan bahkan pada Maret 2021 tidak mencapai 10 persen.
Baca juga: Work From Bali akan Diluncurkan Mulai Juli 2021 Secara Bertahap
"Kalau bicara domestik, larinya ke situ. Paling peningkatannya bisa diangka 30 persen, 35 persen paling tinggi, karena paling besar suplainya dari wisatawan mancanegara," tuturnya.
Baca juga: Menparekraf Mengaku Tak Siapkan Anggaran Khusus untuk Kebijakan Work From Bali
"Tapi bukan berarti kegiatan WFB sama sekali tidak membantu. Membantu ya membantu," sambung Maulana.
Ia menyebut, sebenarnya yang dibutuhkan Bali yaitu pembukaan kembali penerbangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan pelonggaran pembatasan perjalanan.
Jika penerbangan internasional dibuka kembali, maka warga negara Indonesia yang baru dari luar negeri, maupun warga negara asing dapat melakukan karantina di Bali.
"Kami bisa membuat paket repatriasi, tinggal pilih karantinanya di Jakarta atau Bali. Ini kan jadi daya tarik dan kami sudah mengusulkannya," paparnya.