Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang Rachmat Gobel menyayangkan, sampai saat ini masalah perberasan nasional masih belum bisa diselesaikan secara tuntas.
Tidak hanya berdampak pada persoalan ketahanan pangan, masalah ini bisa mencoreng martabat bangsa karena Indonesia dinilai tidak sanggup mengelola kebutuhan dasar rakyatnya.
Untuk itu perlu terobosan dan kuncinya adalah hilangkan ego sektoral di berbagasi instansi terkait.
“Kenapa masalah perberasan ini tidak bisa diselesaikan, dan ironisnya dari tahun ke tahun masalah yang dihadapi boleh dikatakan tetap sama. Ini tentu bisa ditangani jika masalah perberasan ini diatasi secara terintegrasi dengan menghilangkan ego sektoral pada masing-masing instansi terkait,” kata Rachmat Gobel, dalam keterangan tertulis, Rabu (23/6/2021).
Hal tersebut disampaikan Rachmat Gobel ketika berbicara sebagai keynote speaker pada Focus Group Discussion (FGD) yang dilenggarakan Perum Bulog dengan tema Kondisi Kebijakan Perberasan Saat Ini dan Pentingnya Integrasi Kebijakan Lintas Kementerian.
Baca juga: Rachmat Gobel: Koperasi Berperan Penting Sejahterakan Petani
Ia membeberkan ada beragam masalah perberasan yang selalu berulang terjadi, diantaranya adalah pupuk dan benih menjadi mahal saat musim tanam, harga gabah anjlok saat panen, impor beras yang selalu menjadi momok bagi petani, luas lahan yang terus berkurang dan penanganan pasca panen yang masih tradisional yang membuat petani kesulitan meningkatkan nilai tambah.
“Selama ini kita selalu mengalami kesulitan untuk mengatasi dan menyelesaikan berbagai persoalan ini. Saya sepakat dengan pendekatan yang diusung Bulog yaitu mendorong hilirisasi. Kita harus apresiasi terobosan Bulog dan saya mengusulkan FGD ini lebih sering dilakukan agar kita bisa me-review apa-apa yang perlu dilakukan dari waktu ke waktu,” ucap dia.
Dalam kesempatan itu Rachmat juga menekankan agar semua lembaga terkait tidak lagi main-main dengan masalah perberasan karena masalah ini menyangkut masalah harkat dan martabat bangsa dan juga nasib kehidupan para petani yang masih terpinggirkan.
“Masalah beras dan petani jangan jadi lahan spekulasi, menjadi mainan politik apalagi menjadi lahan subur mafia. Semua pihak harus menyadari, selama ini kita berhutang besar kepada petani sehingga saat ini ketahanan pangan kita bisa masih terjaga. Ini harus dibalas dengan lebih memperhatikan sektor pertanian dan nasib petani dengan meningkatkan harkat dan martabat mereka,” kata dia.
Sementara terkait hilirisasi, Rachmat mengusulkan tiga hal yaitu industrialisasi berbasis beras, lifestyle berbasis beras, dan mengembangkan branding beras berbasis kearifan lokal.
Industrialisasi berbasis beras, lanjutnya, tidak hanya mendorong produktivitas dan kualitas produk, tapi juga akan meningkatkan nilai tambah dan valuasi yang besar bagi petani.
Baca juga: Rachmat Gobel: Kita Harus Kawal Industri Kecil Tetap Hidup dan Berkembang
“Ini mensyaratkan ekosistem dan ini yang harus kita bangun dengan didukung Kawasan Ekonomi Khusus beras agar manajemen stabilitas supply and demand bisa terjaga secara optimal,” ujar Gobel.
Sementara itu, terkait lifestyle berbasis beras, Rachmat menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap daerah mempunyai budaya yang dekat atau kental dengan beras. Dalam adat perkawinan misalnya, beras kerap diberikan sebagai hadiah.
“Ini perlu kita tumbuhkan lagi dengan produk corak atau gaya hidup yang lebih kekinian dan bergengsi,” ucapnya.
Kemudian, terkait menghidupkan beras lokal, menurut Rachmat, tidak kalah penting karena setiap daerah mempunyai beras unggulan dan kebanggaan masing-masing.
Misalnya, Sumatera Barat dengan beras Solok, Jawa Barat dengan beras Pandan Wangi, Jawa Tengah dengan beras Rojo Lele.