News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menteri Bahlil: Ekspor Kita dari Zaman VOC Sampai Sekarang Hampir Sama Saja

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia mengatakan, kegiatan ekspor yang dilakukan Indonesia dari zaman penjajahan Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) hingga sekarang ini dinilai masih sama saja.

Laporan Wartawan Tribunnews, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia mengatakan, kegiatan ekspor yang dilakukan Indonesia dari zaman penjajahan Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) hingga sekarang ini dinilai masih sama saja.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Bahlil lantaran Indonesia kerap melakukan ekspor sumber daya alam (SDA) dalam bentuk mentah.

Baca juga: Investasi Banten Positif, Menteri Bahlil Apresiasi Kinerja Kejati Beri Kepastian ke Investor

“Mulai sekarang kita berpikir bagaimana kita harus mencintai negara kita. Tidak boleh lagi mengekspor material bahan baku,” jelas Bahlil dalam Webinar Prospek dan Tantangan Industri Baterai Nasional, Kamis (23/6/2021).

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (ist)

“Ekspor kita dari zaman VOC sampai sekarang hampir sama saja. Nggak ada perbedaan,” sambungnya.

Bahlil mencontohkan, dahulu Indonesia memiliki sumber daya alam berupa kayu yang melimpah. Seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

Baca juga: Menteri Bahlil Diminta Segera Tagih Komitmen Investasi Asing ke Indonesia

Namun sumber daya kayu di dalam negeri kian lama kian berkurang.

Dan terbukti, tidak ada satu pun perusahaan mebel asal Indonesia yang masuk dalam jajaran perusahaan mebel terbesar global.

Tak hanya kayu, hal serupa juga terjadi pada komoditi emas, ikan, dan beberapa lainnya.

Bahlil menekankan, pemanfaatan sumber daya alam seharusnya dapat menciptakan nilai tambah dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia.

“Kita pernah punya masa keemasan kayu. Pertanyaannya apakah ada perusahaan yang ikut dalam 10 besar untuk mebel? Nggak ada. Karena kita terlalu asyik mendorong kayu lokal diekspor,” ujarnya.

“Kita adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Tapi menurut saya kita belum mampu mendorong untuk terjadinya hilirisasi dalam rangka menciptakan nilai tambah,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini