Pakar: Budi Daya Tuna Memiliki Dampak Positif, Tapi Perlu Teknologi Mumpuni
Langkah tersebut akan memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pakar Sumber Daya Kelautan Wudianto melihat mendorong budi daya tuna menjadi solusi strategis untuk mengatasi penurunan populasi tuna di dunia, khususnya di wilayah Pasifik, yang saat ini mengalami overfishing.
Menurutnya, langkah tersebut akan memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah menurunnya hasil tangkapan tuna di alam.
"Populasi tuna, baik Yellowfin Tuna maupun Bigeye Tuna, sudah menurun drastis karena penangkapan berlebih. Oleh karena itu, budidaya tuna adalah langkah yang sangat baik. Namun, diperlukan teknologi dan riset yang mumpuni untuk mendukung keberhasilannya," ujar Wudianto saat dikonfirmasi, Rabu (27/11/2024).
Menurut Wudianto, budidaya tuna di Indonesia dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni pembesaran dengan mengambil benih tuna kecil dari alam untuk dibesarkan di keramba laut hingga mencapai ukuran komersial.
Kedua, breeding atau mengembangbiakkan tuna dewasa di fasilitas tangki besar, sehingga menghasilkan anakan yang dapat dibudidayakan.
"Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan budidaya tuna karena ekosistem lautnya yang luas dan mendukung," tambahnya.
Namun, ucap dia, untuk metode breeding, diperlukan riset lanjutan dan teknologi yang canggih, mengingat tuna merupakan spesies laut dalam yang membutuhkan lingkungan spesifik.
Baca juga: Kementan Sebut Petani Indonesia Sudah Bisa Budi Daya Anggur dari Luar Negeri
Diperlukan koordinasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menghidupkan kembali penelitian terkait budidaya tuna yang sempat dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Laut (Gondol).
“Dulu, Gondol sudah memiliki fasilitas untuk breeding tuna yang dikembangkan bersama JICA, Jepang," terangnya.
Budidaya tuna diyakini dapat memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah menurunnya hasil tangkapan tuna di alam.
Seorang pengusaha penangkapan tuna, Dwi Agus Siswa Putra menyebut langkah budidaya tuna merupakan inovasi besar yang menandai kemajuan signifikan dalam sektor perikanan Indonesia.
“Saya sangat menghormati langkah ini. Jika ada pelaku usaha atau pemerintah yang berani memulai budidaya tuna di Indonesia, itu sebuah kemajuan luar biasa. Indonesia menjadi lebih maju dalam perikanan tuna,” kata Dwi yang pernah menjadi Sekjen ATLI itu.
Dia menyebut bahwa penangkapan tuna saat ini semakin sulit. Lokasi fishing ground semakin jauh, seperti di Samudra Hindia, dengan waktu tempuh hingga tiga sampai tujuh hari. Hal ini membuat operasional semakin mahal dan hasil tangkapan tidak selalu memadai.