Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi pada 2021 akan tetap terjaga rendah, imbas dari permintaan yang masih lemah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI akan berupaya mendorong permintaan serta menggenjot pertumbuhan ekonomi untuk mengantisipasi permintaan masyarakat yang melemah.
“Inflasi tetap terjaga rendah, karena permintaan juga masih rendah,” ucap Perry saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI secara virtual, Senin (12/7/2021)
“Sehingga bagi kita upayanya bukan mengendalikan inflasi, tapi bagaimana mendorong permintaan dan pertumbuhan. Dan tentu saja jadi itu fokus termasuk dari BI,” sambungnya.
Perry melanjutkan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah.
Baca juga: Bank Indonesia Prediksi Inflasi Juli 0,02 Persen, Ini Dia Faktornya
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga inflasi indeks harga konsumen (IHK) sesuai kisaran sasaran, yakni di bawah titik tengah 3 persen, atau cenderung di bawah 3 persen.
“Secara keseluruhan memang inflasi tahun ini akan cenderung rendah, di bawah titik tengah sasaran yaitu 3 persen yaitu akan cenderung di bawah 3 persen,” ucap Perry.
Baca juga: Defisit APBN 2021 Kian Bengkak, Per Mei Tembus Rp 219,3 Triliun, Pembiayaan Utang Rp 330,1 triliun
Bank Indonesia akan terus mengarahkan seluruh kebijakannya untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Diantaranya seperti kebijakan moneter, relaksasi kebijakan makroprudensial, serta digitalisasi sistem pembayaran.
Baca juga: Jurus Pemerintah agar Utang dan Defisit Tidak Naik Demi Hadapi Pandemi
Sebelumnya Perry juga menyebut, adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat bakal memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional di 2021.
Pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi berada pada kisaran 3,8 persen. Jika diteliti lebih lanjut, angka tersebut turun dibandingkan dengan prediksi sebelumnya.
Bank Sentral sempat memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 4,1 persen hingga 5,1 persen, dengan titik tengah 4,6 persen.
"Berdasarkan awal asesmen Bank Indonesia menunjukkan, PPKM darurat selama (hampir) 1 bulan dan akan menurunkan Covid-19 itu akan membuat pertumbuhan ekonomi kita akan turun menjadi sekitar 3,8 persen," ujar Perry.