Kaya melihat raksasa e-commerce Indonesia mengabaikan faktor-faktor tersebut sehingga efek trickle-down dalam ekonomi yang mereka rancang tidak akan bekerja di komunitas perdesaan.
Pemain tradisional e-commerce memfasilitasi persaingan dengan sangat baik. Mereka mendaftarkan sebanyak mungkin penjual dan mendorong sebanyak mungkin Stock Keeping Unit (SKU) di pasar.
Model ini menjaga harga tetap rendah, tetapi hanya bagi pembeli di kota tier-1. Sedangkan bagi pembeli di perdesaan harga menjadi tidak ekonomis akibat tingginya biaya pengiriman.
Tanpa penghematan biaya, sistem e-commerce tidak lagi menarik bagi pembeli di pelosok, terutama jika produk tidak sesuai kebutuhan.
Shox Rumahan mengatasi permasalahan ini dengan membalik piramida dan berfokus menarik komunitas perdesaan ke e-commerce.
“Daripada mendorong pembeli dengan banyak produk, Shox Rumahan hanya menyediakan produk yang mereka inginkan. Ini bukan sekadar lokalisasi, tetapi hiperlokalisasi. Jarum jauh lebih mudah ditemukan di tumpukan jerami yang jauh lebih sedikit,” tutur Kaya.
"Agen kami memainkan peran besar dalam sistem piramida terbalik ini. Para ketua komunitas di pelosok mengetahui persis kebutuhan penduduk di perdesaan dan berbelanja atas nama mereka. “Ini adalah situasi win-win bagi kedua belah pihak,” tegas Kaya.
Pembeli di perdesaan dapat membeli produk Shox Rumahan dengan harga sama seperti pembeli di Jakarta karena tidak ada mark-up, mengambil fasilitas cicilan 5-10 kali pembayaran, dan waktu pengiriman barang yang lebih singkat.
Shox Rumahan menawarkan harga sama seperti di kota besar karena target pembelinya adalah level RT, bukan individu. Average Order Value (AOV) Shox Rumahan saat ini melampaui Rp 3 juta yang berarti 5-10 kali lipat pemain social-commerce agent-based models lain.
Pemesanan dalam jumlah besar memudahkan Shox Rumahan menekan biaya logistik karena biaya pengiriman dapat dikurangi 5-10 kali lipat, tergantung luas desa.
“Kami dapat menyediakan lebih banyak alternatif bagi komunitas sembari membangun kepercayaan melalui agen-agen penjualan,” ujar Kaya.
Strategi tersebut lebih efektif dalam mengakuisi pengguna karena biaya akuisisi pengguna di komunitas pelosok bisa ditekan hingga 1o kali lipat lebih ekonomis daripada pemain e-commerce lain. Pelanggan juga akan bertahan karena mereka melihat nilai sebenarnya.