News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BPPT: 40 Persen Cadangan Energi Panas Bumi Dunia Ada di Indonesia, Baru 8 Persen yang Dimanfaatkan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang warga melintasi energi panas bumi di komplek Gedung Songo, Bandungan, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengan, Minggu (21/9/2014). Kawasan wisata Gedung Songo menyimpan energi panas bumi (geothermal) yang ramah lingkungan. Energi tersebut dapat menghasilkan listrik yang dapat di manfaatkan ke seluruh wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) atau renewable energy dalam menjawab masalah lingkungan seperti gas rumah kaca.

Potensi EBT yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia ini meliputi panas bumi, air, biomassa, surya, angin dan laut.

Namun hingga kini pemanfaatan sumber daya EBT dianggap belum optimal.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun turut ambil bagian dalam mendorong pengembangan EBT melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) BPPT, Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa Indonesia memiliki 40 persen cadangan panas bumi dunia.

Baca juga: RI Bisa 100 Persen Terapkan Energi Terbarukan di 2050 Jika PLTU Distop Lebih Dini

"Sebanyak 40 persen cadangan panas bumi itu ada di Indonesia," ujar Eniya, dalam Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia bertajuk 'Kebijakan EBTKE Di Indonesia', Rabu (28/7/2021).

Baca juga: Pajak Karbon Dukung Pertumbuhan Energi Terbarukan

Ia menekankan bahwa potensi panas bumi yang dimiliki negara ini bahkan melebihi Filipina dan dua kali lipat dibandingkan Selandia Baru.

"Jadi dari dunia, 40 persennya ada di Indonesia dan kita lebih dari Filipina, juga bahkan dua kali lipat dari New Zealand (Selandia Baru)," kata Eniya.

Baca juga: Kebutuhan Energi Terus Meningkat, Ini Sederet Inovasi BPPT untuk Pengembangan EBT di Indonesia

Mirisnya, saat Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang lebih besar, banyak ahli yang justru mempelajari energi panas bumi ini di Selandia Baru.

"Padahal beberapa rekan kita semua belajar ke New Zealand untuk masalah Geothermal (panas bumi)," jelas Eniya.

Selain itu, meskipun memiliki cadangan panas bumi 40 persen, namun pemanfaatannya jauh dari kata 'optimal' karena baru mencapai 8 persen saja.

"Kita mempunyai potensi dua kali lipat lebih dari New Zealand, nah pemanfaatannya pun hanya mencapai 8 persen," tutur Eniya.

Terkait pengembangan PLTP, ia menyampaikan bahwa BPPT telah mengembangkan PLTP di dua lokasi, yakni di Lahendong Menado dan Kamojang Jawa Barat.

"Ada dua lokasi (PLTP) yang sudah kita hadirkan di Indonesia yaitu Lahendong dan Kamojang," kata Eniya.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, hingga saat ini EBT belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

"Potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia cukup tinggi, namun belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum dapat mencapai target bauran energi seperti diamanatkan dalam kebijakan energi nasional," kata Hammam, dalam opening Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan, Selasa (28/7/2021).

Ia menjelaskan, Bahan Bakar Nabati (BBN), biomassa, hidro dan panas bumi masih mendominasi penyediaan EBT.

"Saat ini pemanfaatan EBT di sektor ketenagalistrikan masih didominasi oleh penggunaan tenaga air, kemudian diikuti oleh pemanfaatan panas bumi, biomassa, biodiesel dan tenaga surya," pungkas Hammam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini