News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Saham Bukalapak

Saham Bukalapak dengan Kode BUKA Naik 24,7% pada Hari Pertamanya Melantai di BEI

Penulis: Arif Fajar Nasucha
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Bukalapak. - Saham Bukalapak dengan kode emiten BUKA naik 24,7% pada hari pertamanya tercatat di BEI, Jumat (6/8/2021).

TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan e-commerce Bukalapak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) per hari ini, Jumat (6/8/2021).

Sebelumnya PT Bukalapak.com Tbk telah menyelesaikan proses penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow dari tanggal 9-19 Juli 2021.

Kemudian melakukan penawaran saham umum perdana (IPO) pada 27-30 Juli.

Saham Bukalapak dengan kode 'BUKA' ini berhasil naik 24,71 persen dalam sesi pencatatan saham perdana.

Baca juga: Saham Bukalapak Melesat, Ekonom: Ada Euforia Berlebihan

Baca juga: Dirut BEI: Kumpulkan Dana Rp 21,9 Triliun, IPO Bukalapak Terbesar dalam Sejarah

Adapun kenaikan dari Rp 850/saham menjadi Rp 1.060/saham atau naik 210 poin.

Langsung ARA

Dikutip dari Kontan.co.id, begitu perdagangan dibuka, harga saham BUKA langsung sundul batas atas auto rejection (ARA).

Sekira pukul 09.10 WIB, harga saham BUKA terpantau sudah mentok di Rp 1.060 alias melejit 24,71 persen.

Nilai perdagangannya tercatat sudah lebih dari Rp 360 miliar dengan jumlah saham yang diperdagangkan lebih dari 3,4 juta lot.

Raup sekira Rp 21,9 Triliun dari IPO

Rachmat Kaimuddin, Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk sangat bersyukur, Bukalapak yang resmi melantai di BEI.

"Kami sangat bersyukur bahwa proses Initial Public Offering (IPO) dapat berjalan dengan baik sesuai rencana." 

Hari ini, di bulan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia, Bukalapak secara resmi tercatat di BEI," ujar Rachmat  seperti dikutip Tribunnews.com dari bukalapak.com

Rachmat mengatakan meskipun IPO Bukalapak dilakukan di tengah pandemi Covid-19, minat terhadap saham Bukalapak tetap tinggi.

Sesuai dengan ketentuan dalam penawaran umum perdana saham, Bukalapak menawarkan 25.765.504.800 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp 850 per lembar saham.

Adapun dana yang berhasil dihimpun dari IPO ini sekira Rp 21,9 triliun.

Antusias Investor

Plt Direktur Utama Mandiri Sekuritas yang bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Managing Underwriters), Silva Halim mengatakan, IPO BUKA mendapat antusias dari investor domestik dan internasional.

"Tercatat bahwa penawaran saham Bukalapak (melalui metode pooling) mengalami kelebihan permintaan sekitar 8,7 kali lipat, dengan pemesanan dari hampir 100.000 investor," jelasnya.

Sementara itu, Head of Global Banking for Southeast Asia and India, UBS Nicolo Magni IPO Bukalapak adalah yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.

Ia juga mengatakan, ini merupakan pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara.

"IPO Bukalapak sebesar USD 1.5 Miliar adalah yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Utama BEI Inarno Djajadi.

"Dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 21,9 triliun, menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia," ucapnya.

Inarno pun berharap langkah Bukalapak akan diikuti oleh perusahaan teknologi lainnya.

"Kami berharap langkah Bukalapak ini akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain guna semakin meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia," ujar Inarno.

Perusahaan sekuritas yang ditunjuk

Bukalapak menunjuk UBS AG Singapore Branch dan Merrill Lynch (Singapore) Pte. Ltd sebagai Koordinator Global Gabungan dan Agen Penjual Internasional (Joint Global Coordinators and International Selling Agents) untuk memasarkan IPO pada investor internasional.

Kemudian PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas ditunjuk sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Managing Underwriters).

Adapun perusahaan sekurtas sebagai Penjamin Emisi Efek adalah PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas.

Kemudian PT Ciptadana Sekuritas Asia, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Panin Sekuritas Tbk., PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia.

Selanjutnya PT Sinarmas Sekuritas, PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk., PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia.

Model bisnis terbukti sehat

Kembali dikutip dari bukalapak.com dalam siaran pers yang berbeda, Bukalapak telah berkembang selama 11 tahun.

Dalam perkembangannya, Bukalapak terbukti memiliki model bisnis yang sehat.

Pada 2020, total processing value (TPV) perseroan mencapai RP 85 triliun.

Hingga 31 Desember 2020, jumlah pengguna yang terdaftar sebanyak 104,9 juta.

Dari TPV tersebut, sekira 70 persen transaksi berasal dari kota-kota di luar wilayah tier 1.

Ini bukti dari fokus Bukalapak dalam hal pemerataan ekonomi nasional.

Dari 2018 hingga 2020, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen.

Pada 2020, pendapatan Bukalapak sebesar Rp 1,35 triliun.

Berdasarkan riset Frost & Sullivan, Bukalapak merupakan platform e-commerce yang paling banyak memiliki jaringan mitra di Indonesia.

Tahun lalu, sekitar 27% dari TPV Bukalapak berasal dari mitra.

Per akhir Desember 2020, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta dengan pertumbuhan penjualan per mitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat, berdasarkan estimasi internal perusahaan.

(Tribunnews.com/Fajar) (Kontan.co.id/Tedy Gumilar)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini