Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR Martin Manurung menilai pemangkasan jumlah dewan komisaris dan direksi PT Garuda Indonesia (Persero) tidak berpengaruh besar terhadap beban keuangan maskapai berpelat merah itu.
"Ya memang perampingan lebih efisien. Tapi bukan itu inti masalahnya, berapa sih efisiensi dari pengurangan beberapa orang pengurus?" kata Martin saat dihubungi, Sabtu (14/8/2021).
Baca juga: Yenny Wahid Sarankan Garuda Indonesia Perkuat Sistem IT Agar Hemat Operasional
"Tidak material dibandingkan dengan beban biaya yang jauh lebih besar," sambung Martin.
Namun, Martin menghargai langkah Kementerian BUMN dalam menjaga Garuda Indonesia tetap bertahan, dan keluar dari persoalan keuangan.
Oleh sebab itu, Martin pun meminta kepada direksi maupun komisaris Garuda saat ini untuk bekerja dengan cepat agar parseroan bisa mencetak keuntungan.
Baca juga: Harga Tes PCR Indonesia Mahal Dibanding India, Kemenkes Siap Evaluasi
"Kami hargai hal itu (pemangkasan) sebagai salah satu langkah. Saya minta mereka kerja cepat menyelamatkan Garuda," ujarnya.
Diketahui, jumlah komisaris dan direksi Garuda Indonesia pada saat ini lebih ramping menjadi sembilan orang, dari sebelumnya 13 orang.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Kementerian BUMN memastikan transformasi dan efisiensi di maskapai pelat merah secara tepat dan cepat, sehingga memutuskan perubahan struktur, nomenklatur dan jajaran di dewan komisaris maupun dewan direksi perusahaan.
“Kementerian BUMN memastikan transformasi dan efisiensi terus terjadi di Garuda Indonesia, dengan
mengurangi jumlah komisaris dari lima menjadi tiga orang, serta jumlah direksi dari delapan orang menjadi enam orang," kata Erick, Jumat (13/8/2021).
Garuda Disebut Punya ''Komorbid'', Yenny Wahid: Setiap Bulan Utang Garuda Bertambah Rp 1 Triliun
Mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Zannuba Ariffah Chafsoh atau dikenal Yenny Wahid mengungkap beban keuangan maskapai berpelat merah di tengah pandemi, hingga utang bertambah Rp 1 triliun setiap bulan.
Hal tersebut disampaikan Yenny dalam akun Youtube miliknya Yenny Wahid Official, yang diunggah beberapa jam sebelum pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Garuda Indonesia pada Jumat (13/8/2021) sore.
Baca juga: Profil Timur Sukirno, Komisaris Utama Garuda Indonesia, Pernah Tulis Surat Terbuka untuk Prabowo
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat pendapatan Garuda menurun drastis, sementara biaya-biaya untuk operasional maupun bayar utang masih sangat tinggi.
"Sejak pandemi, utangnya tambah lagi. Setiap bulan, bahkan ada penambahan utang Rp 1 triliun seiring dengan penundaan pembayaran dan minusnya pendapatan Garuda setiap bulan," kata Yenny dalam akun Youtube-nya yang dikutip Sabtu (14/8/2021).
Baca juga: Genjot Pendapatan, Garuda Kini Fokus ke Penerbangan Kargo
Berdasarkan catatan, kata Yenny, pendapatan Garuda pada Mei 2021 mengalami minus 60 juta dolar atau setara Rp 860 miliar.
"Saat bersamaan, Garuda mesti harus membayar sewa pesawat sebesar 56 juta dolar AS, biaya perawatan pesawat 20 juta dolar AS, avtur 20 juta dolar AS, dan biaya pegawai 20 juta dolar AS," ucapnya.
Beban keuangan yang berat pada saat ini, Yenny mengibaratkan Garuda seperti memiliki komorbid atau penyakit bawaan, dan ketika dihantam pandemi Covid-19 langsung parah kondisinya.
Penyakit bawaan yang diderita Garuda sejak lama, dicontohkan Yenny yaitu pengadaan pesawat yang bermasalah dan dampaknya dirasakan sampai sekarang.
"Ada beberapa pesawat yang kita miliki sebenarnya tidak cocok untuk perusahaan. Sehingga merugi ketika pesawat diterbangkan, dan masalahnya biaya yang menyangkut pesawat adalah biaya terbesar Garuda. Jadi efeknya masih terasa sampai sekarang," paparnya.
"Tidak gampang negosiasi dengan lessor, karena ini uang miliaran rupiah, ratusan miliar. Jadi mereka juga akan alot," sambung Yenny.
Kinerja Keuangan
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan kerugian senilai 2,44 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 34,45 triliun pada 2020.
Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan 1,49 miliar dolar AS atau sekitar Rp 21,04 triliun. Nilai itu turun 67,36 persen dari pendapatan pada 2019 sejumlah 4,57 miliar dolar AS atau Rp 64,48 triliun.
Sepanjang tahun kinerja 2020, Garuda Indonesia terus menjalankan berbagai upaya strategis dalam menunjang langkah-langkah pemulihan kinerja, diantaranya adalah melalui optimalisasi lini bisnis penunjang seperti kargo dan charter, pengoperasian 2 pesawat passenger freighter, perluasan jaringan penerbangan kargo internasional, langkah negosiasi beban sewa pesawat bersama lessor, hingga kebijakan rasionalisasi pegawai yang dijalankan secara proporsional dalam menyikapi penurunan demand layanan penerbangan.
Yenny Wahid Curhat Pengalaman Jabat Komisaris Garuda: Terlanjur Jatuh Cinta, Masalahnya Seabrek
Menteri BUMN Erick Thohir merombak susunan dewan komisaris dan direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini, Jumat (13/8/2021).
Nama Zannuba Arifah CH. R alias Yenny Wahid tak lagi muncul sebagai komisaris independen Garuda.
"RUPS kali ini telah memberhentikan dengan hormat bapak Triawan Munaf, Pak Peter F Gontha, bapak Elisa Lumbantoruan, Ibu Zannuba Arifah (Yenny Wahid) dari jajaran dewan komisaris," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.
Sebelum RUPSLB Garuda digelar, Yenny Wahid sudah mengatakan dirinya mengundurkan diri dari jabatan komisaris independen dan diumumkan lewat akun Twitter pribadinya.
Baca juga: Yenny Wahid Mundur dari Kursi Komisaris Garuda Indonesia
Menurut Yenny, alasan dirinya mengundurkan diri dari perusahaan berkode saham GIAA tersebut karena perseroan sedang mengalami kondisi keuangan yang sangat sulit.
Sehingga diharapkan dari pengunduran dirinya, dapat menghemat biaya pengeluaran perseroan.
Baca juga: Alasan Garuda Indonesia Rampingkan Struktur Dewan Komisaris dan Direksi
“Akibat pandemi, maskapai kebanggaan kita, Garuda Indonesia mengalami penurunan pendapatan drastis,” ucap Yenny dalam akun Twitter pribadinya @yennywahid, Jumat (13/8/2021).
“Untuk penghematan biaya, saya memutuskan mengundurkan diri dari posisi komisaris independen,” sambungnya.
Baca juga: RUPSLB Garuda Rombak Susunan Komisaris, Copot Triawan Munaf, Pasang Timur Sukirno
Yenny juga mengungkapkan, sebenarnya dirinya sangat sedih ketika meninggalkan perusahaan penerbangan pelat merah tersebut.
Yenny mengaku sudah jatuh cinta dengan suasana dan lingkungan pekerjaan di Garuda Indonesia.
Meskipun masalah yang dihadapi Perseroan sangatlah banyak dan begitu kompleks.
“Hari ini saya menandatangani surat pernyataan pengunduran diri saya sebagai komisaris independen PT Garuda Indonesia,” papar Yenny.
“Memang sangat sedih sekali. Walaupun awalnya saya agak segan untuk masuk ke Garuda Indonesia, tapi ternyata begitu di dalamnya malah jatuh cinta, walaupun masalahnya seabrek-abrek,” tambahnya.
Namun, demi menyelamatkan Garuda tercinta, dirinya mengaku terpaksa melakukan pengorbanan kecil ini.
“Semoga ada manfaatnya untuk Garuda, agar bisa lebih banyak lagi efisiensi biaya ke depannya,” pungkasnya.
Resmi Mundur
Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau dikenal Yenny Wahid mengundurkan diri sebagai komisaris independen PT Garuda Indonesia (Persero).
Pengunduran Yenny diumumkan melalui akun twitter dia di @yennywahid yang diunggah pada Jumat (13/8/2021) sekitar pukul 14.00 WIB.
"Akibat pandemi, maskapai kebanggaan kita, @IndonesiaGaruda mengalami penurunan pendapatan drastis. Untuk penghematan biaya, saya memutuskan mengundurkan diri dari posisi komisaris independen. Semoga hal ini bisa membantu meringankan Garuda," tulis Yenny.
Selain menuliskan hal tersebut, Yenny pun mengunggah video berdurasi 1.30 menit, yang berisi alasan pengunduran diri dari maskapai pelat merah itu.
Baca juga: Pendapatan Garuda Indonesia Turun Drastis, Yenny Wahid Mundur dari Jabatan Komisaris
"Hari ini saya datang ke kementerian BUMN untuk resmi menyampaikan surat pengunduran diri saya dari Garuda Indonesia, maskapai kebanggaan kita semua," ucap Yenny.
Baca juga: Susul Garuda Indonesia, Lion Air Ikut Pulangkan 6 Pesawat ke Lessor
"Memang sedih sekali, tapi ini adalah upaya kecil saya untuk bantu Garuda agar bisa melakukan efisiensi dan menekan biaya-biaya yang mungkin selama ini terus membebaninya, sehingga Garuda ke depannya bisa terus diselamatkan dan bisa mengudara dengan perkasa, mohon doanya yah," sambung Yenny.
Diketahui, Yenny menjabat Komisaris Independen Garuda Indonesia pada 22 Januari 2020, dan surat pengundaran diri disampaikan pada 12 Agustus 2021.