Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi menilai merger Indosat-Tri sebenarnya bertujuan membentuk sebuah perusahaan yang memiliki skala yang lebih besar.
Pengabungan akan menguatkan baik kekuatan finansial dan keahlian untuk mendorong inovasi, meningkatkan pengalaman pelanggan dan memiliki posisi yang lebih baik untuk jaringan 5G.
“Bisa dibilang ini langkah strategis karena saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi dan internet digital kelas dunia baru untuk Indonesia," kata Muhammad Ridwan Effendi kepada wartawan, Senin (27/9/2021).
Ridwan menilai, kekuatan finansial yang dimiliki memberikan kesempatan yang lebih besar untuk membangun tidak hanya infrastruktur tetapi tapi juga transformasi digital yang lebih luas.
Baca juga: Indosat dan Tri Indonesia Resmi Merger, Targetkan Keuntungan 300 Juta Dolar dalam 3-5 Tahun
Apalagi di era sekarang ini, operator telekomunikasi tidak bisa lagi hanya berbisnis jaringan saja, harus cepat-cepat melakukan transformasi bisnis.
“Jika bermain di jaringan pendapatan perusahaan akan semakin mengecil karena bisnis digital hanya akan dinikmati perusahaan asing penyedia layanan over the top (OTT) atau bisnis layanan digital dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet,” katanya.
Dari sisi kemampuan, Indosat yang dibackup Qatar dan Hutchison memang bukan pemain utama dalam industri telekomunikasi dunia, tapi dari sisi permodalan memberikan kepastian investasi dalam pengembangan layanan.
“Sesuai dengan pengalamannya, Indosat memiliki kesempatan untuk menyediakan konten-konten yang berkualitas bukan hanya hiburan, tetapi juga konten yang dapat mendorong ekonomi digital seperti aplikasi pengembangan UMKM, aplikasi kesehatan maupun pendidikan,” katanya.
Dalam mengembangkan layanan 5G, Ridwan menambahkan bahwa Indosat-Tri sangat siap karena memiliki frekuensi yang sangat cukup.
Dari sisi spektrum frekuensi, penggabungan Indosat dan tri menggenggam frekuensi sebesar 72,5 MHz terdiri atas frekuensi 900 MHz (2 X 12,5), frekuensi 1800 MHz (2 X 20, 2 X 10), dan frekuensi 2100 MHz (4 X 15).
“Ini menjadi modal yang memadai bagi Indosat-Tri untuk mengelola jumlah pelanggannya dan potensi penambahan jumlah pelanggan baru, serta layanan-layanan atau aplikasi digital yang dikeluarkan entitas baru tersebut,” kata Ridwan.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Muhammad Arif Angga mengatakan, mergernya Indosat-Tri ini, menjadi sebuah harapan besar bagi industri dan tentunya bagi masyarakat untuk mendapat layanan yang semakin berkualitas dan harga yang lebih terjangkau bagi publik.
“Indosat-Tri diharapkan mampu menjawab pentingnya pemerataan infrastuktur telekomunikasi hingga ke daerah-daerah, yang selama ini enggan dimasuki oleh operator lainnya,” katanya
Sebelumnya, Director & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo Vikram Sinha mengatakan penggabungan Indosat-Tri di Indonesia yang merupakan transaksi telekomunikasi terbesar di Asia bernilai 6 miliar dolar AS, diyakini mampu mempercepat inovasi digital serta kualitas layanan di Indonesia.
"Selain itu penggabungan dua perusahaan juga akan memberikan kontribusi terhadap rencana pemerintah Indonesia menuju sebuah negara digital," kata Vikram.