Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia yang terus tercatat surplus, membawa angin segar buat perekonomian nasional.
Berbagai pihak mengapreasiasi upaya Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diyakini membuat tren akan terus berlanjut.
Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi kepada menerangkan berdasarkan data BPS, ekspor Indonesia mengalami surplus ketika masa pandemi ini sudah mulai berangsur-angsur berkurang.
"Khususnya di bidang farm oil dan juga beberapa kebutuhan lainnya. Memang tidak sebagus sebelum pandemi, tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, itu sudah bagus,” ujarnya, Rabu (6/10/2021).
Menurut Baidowi, kinerja ekspor yang terus tumbuh menopang cukup signifikan pertumbuhan ekonomi.
Ia mencatat, kontribusi ekspor terhadap total ekonomi Indonesia (PDB) mencapai 17%
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021 tercatat mencapai US$4,74 miliar, tertinggi sejak Desember 2006. Suplus di Agustus 2021 sendiri, merupakan surplus neraca perdagangan Indonesia ke 16 secara beruntun sejak Mei 2020.
Baca juga: Wacana Kenaikan PPN, Dinilai Berisiko pada Pemulihan Ekonomi hingga Memberatkan Pemerintahan Baru
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2021 sendiri tercatat surplus US$19,17 miliar. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar US$10,96 miliar, bahkan jika tertinggi dibandingkan dalam lima tahun terakhir.
Catatan saja, surplus dagang sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar US$21,74 miliar. Dengan waktu yang masih tersisa 4 bulan lagi, sangat besar terbuka peluang, surplus tahun ini bakal melampaui capaian tahun lalu.
Dewan melihat, pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor utama yakni China dan AS jadi momentum kenaikan ekspor Indonesia. Belum lagi, harga komoditas ekspor khususnya perkebunan kelapa sawit (CPO) dan pertambangan terus membaik.
“Ekspor kelapa sawit naik 45,3% sepanjang Januari-Maret 2021. Ekspor batubara naik 8,4% di periode yang sama. sektor pertambangan yang mengalami penurunan tajam tahun 2020 diperkirakan tahun ini juga mulai tumbuh positif,” tuturnya.
Selain itu, industri manufaktur tercatat sudah membaik dengan indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang mencapai 53,2 pada Maret 2021.
Ia menjelaskan, jika PMI sudah berada di atas angka 50, artinya perusahaan mulai ekspansi dengan membeli bahan baku yang lebih banyak.
Baca juga: Menaker Upayakan Calon PMI Dapat Kuota Kartu Prakerja