TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring semakin tingginya antusiasme masyarakat Indonesia terhadap investasi diikuti oleh menjamurnya platform robot trading.
Tidak sebatas pada perdagangan forex, bahkan kini robot trading mulai menyasar ke pasar aset kripto.
Seperti dikutip dari Kontan.co.id, satu diantara robot trading tersebut adalah Mark AI yang menawarkan berbagai paket investasi di mana aksi investasi sepenuhnya dilakukan oleh robot.
Merujuk ke halaman websitenya, Mark AI mengklaim akan memberikan keuntungan konsisten sebesar 15-45% per bulan di mana para investor hanya perlu duduk manis, dan robot trading milik Mark AI yang akan menyelesaikan semuanya.
Mark AI memberikan jasa sewa robot yang harganya disesuaikan dengan masing-masing level robotnya, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Untuk robot level 1, biaya sewanya US$ 2 dengan klaim profit hariannya mencapai US$ 0,42. Sementara untuk robot level 5, biaya sewanya US$ 500 dengan klaim profit harian mencapai US$ 140.
Adapun, lama penyewaan robotnya mencapai 30 hari, sementara untuk kurs yang digunakan adalah Rp 15.500 yang bersifat tetap.
Baca juga: Waspadai Platform Robot Trading Jika Inves di Forex Hingga Kripto, Janggal dan Rawan Penipuan
Kontan.co.id mencoba menelusuri perusahaan Mark AI ini dengan menghubungi nomor yang dicantumkan pada website tersebut.
“Saya bukan manajemen dari Mark AI, akan tetapi saya siap membantu untuk mendaftar di Mark AI sampai berhasil,” kata pria yang mengaku bernama Yusuf saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/10/2021).
Ia menjelaskan bahwa cara kerja yang dilakukan Mark AI adalah memanfaatkan robot untuk melakukan trading secara arbitrase alias memanfaatkan spread antar platform untuk mengambil keuntungan. Platform yang digunakan ialah Huobi, Okek, Coinbase, CoinEx, dan Bitfinex. Platform ini juga disebutkan di websitenya.
Berdasarkan pengakuan Yusuf, sebelum memulai transaksi, pengguna bisa mendaftarkan diri lalu menyerahkan deposit sebesar biaya sewa robot dan modal kerja.
Deposit dilakukan lewat virtual account pada umumnya. Setelah itu, selama 30 hari pengguna hanya tinggal duduk manis menunggu robot melakukan trading, dan pundi-pundi akan masuk setiap harinya.
Ia menambahkan, dalam praktiknya, pengguna tidak menentukan aset kripto yang hendak ditransaksikan, kapan waktu transaksinya, semuanya ditentukan oleh robot trading tersebut.
Yusuf yang juga menggunakan Mark AI mengaku sejauh ini belum pernah merugi. Bermodalkan menyewa dua robot level 4 seharga US$ 100, ia mengklaim bisa menarik keuntungan sebesar US$ 200 per harinya.
“Setiap withdrawal dikenakan fee sebesar 5%, dan sejauh ini belum pernah rugi. Selain itu, juga dapat profit dari downline,” imbuh Yusuf.
Jika ditelusuri legalitasnya, Mark AI disebut sebagai aplikasi robot trading cryptocurrency yang dibuat oleh PT Teknologi Investasi Indonesia. Namun, legalitas yang diunggah di website Mark AI hanya sebatas pengesahan pendirian perseroan terbatas. Tak ada izin dari Otoritas Jasa Keuangan maupun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti).
Terkait hal ini, Kepala Satgas Waspada Investasi (SWI) Tongam L Tobing menjelaskan, robot trading seharusnya hanya sebuah alat atau platform untuk membantu investor melakukan transaksi jual-beli aset.
Selain itu, ia mengingatkan robot trading tetap bisa mengalami kerugian, tidak hanya untung semata. Ia juga menegaskan bahwa dalam berinvestasi atau trading, tidak ada keuntungan yang bersifat mutlak dan pasti.
Tongam pun menyarankan masyarakat yang ingin menggunakan robot trading hendaknya adalah orang yang sudah memahami mekanisme trading sehingga mengetahui risikonya. Apalagi, keputusan investasi untuk jual atau beli harus berasal dari diri investor sendiri, bukan pihak lain.
“Jangan sekali-sekali melakukan investasi perdagangan berjangka komoditi ke pihak lain yang bukan perusahaan perdagangan berjangka komoditi yang berizin dari Bappebti,” tegas Tongam.
Baca juga: Investor Tumbuh Pesat, Sekuritas Kembangkan Aplikasi Trading Saham dan Reksa Dana
Investor Harus Hati-hati
Tren platform perdagangan yang menawarkan robot trading kini semakin menjamur. Mulai dari perdagangan forex hingga kripto kini sudah semakin banyak yang menawarkan fitur robot trading.
Namun, nyatanya tak sedikit juga platform tersebut ujung-ujungnya hanya berkedok menipu dan menjadi investasi bodong. Apalagi, banyak juga platform robot trading yang mengiming-imingi masyarakat dengan imbal hasil besar, minim risiko, dan tidak perlu melakukan kegiatan trading sama sekali
Pengamat dan praktisi investasi Desmond Wira mengatakan, berdasarkan penelusurannya, ditemui beberapa kejanggalan pada platform robot trading. Antara lain, tingginya rasio keuntungan dibanding kerugian yang dicetak oleh robot trading. Padahal tidak ada keuntungan yang mutlak 100%
Lalu, praktik robot trading yang hanya bisa dioperasikan di broker tertentu. Padahal, dengan sistem Expert Advisor (EA) seharusnya robot trading dapat digunakan oleh broker forex lain.
“Hal ini diperparah dengan legalitas atau regulasi broker yang tidak jelas, sehingga ketika terjadi penipuan, uang pengguna akan hilang semuanya,” kata Desmond kepada Kontan.co.id, Jumat (8/10/2021).
Baca juga: Waspadai Platform Robot Trading Jika Inves di Forex Hingga Kripto, Janggal dan Rawan Penipuan
Kejanggalan lain, skema member get member atau money game ala skema ponzi untuk memberikan keuntungan yang digunakan oleh berbagai platform robot trading. Logikanya, ketika robot trading terus digunakan, tidak perlu menggunakan member get member.
Hal tersebut dinilai justru mengindikasikan platform robot trading membutuhkan uang dari anggota baru untuk operasionalnya, layaknya skema ponzi lain. “Saya menyarankan untuk menjauhi penawaran robot trading ini karena cenderung tidak aman atau berbahaya,” katanya.
Sementara Co-founder Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir menambahkan, penggunaan robot trading akan membuat akun kita dikendalikan oleh si robot trading melalui Application Programming Interface (API), sehingga potensi keberadaan celah keamanan menjadi sangat besar.
Oleh sebab itu, ia mengingatkan investor untuk menggunakan robot trading yang memang sudah teruji kualitasnya. Namun, investor harus tetap mengetahui bagaimana cara robot trading mengambil keputusan, seperti apa manajemen risiko, serta tingkat keamanannya.
“Untuk robot trading ini sendiri ibarat pengguna memiliki asisten yang mengerjakan pekerjaan rutinnya saja. Fungsi utamanya untuk mengeliminasi sisi emosional dari trader dengan tujuan agar keputusan dibuat secara objektif bukan subjektif,” imbuh Christopher
Namun, jika robot dikeluarkan oleh pihak perusahaan terkait, menurutnya hal ini menjadi sarat akan konflik kepentingan. Apalagi, jika robot-robot trading tersebut menjanjikan keuntungan secara bombastis.
“Ketika secara hitung-hitungan sudah tidak masuk akal untuk si penyedia robot mendapatkan keuntungan, jadinya patut dipertanyakan soal keabsahannya. Penjual atau marketing trading robot penjanji keuntungan seperti ini seharusnya ditindak,” imbuh Christopher.
Baca juga: Pemerintah China Masukkan Penambangan Uang Kripto ke Dalam Daftar Negatif Investasi
Ini Cara Mengetahui yang Real
Platform robot trading kini makin menjemur dan mudah ditemui masyarakat. Mulai dari yang menawarkan trading kripto, forex, hingga komoditas.
Salah satu robot trading tersebut adalah Auto Trade Gold (ATG) yang menawarkan penjualan robot trading yang akan membantu investor mengumpulkan profit lewat trading emas. Merujuk ke halaman websitenya, investor yang membeli robot ini bisa menikmatinya seumur hidup.
Dengan menggunakan robot tersebut, Expert Advisor (EA) ATG fokus akan mencari profit 0.5% - 3% setiap hari dengan maximal kerugian hingga 3%. Selain itu, mereka mengklaim akan memberikan auto compound.
Merujuk dari penjelasan di websitenya, EA adalah software atau script algoritma yang dapat ditambahkan dalam platform trading forex dengan tujuan agar aplikasi tersebut nantinya bisa berjalan secara otomatis atau melakukan transaksi buy dan sell tanpa instruksi manual pengguna.
Sehingga pengguna hanya cukup memantau, sedangkan EA berjalan otomatis yang dikontrol penuh oleh tim IT ATG.
Harga bot yang dijual juga beragam, disesuaikan dengan masing-masing level kemampuannya. Untuk bot level 1, menawarkan kapasitas trading US$ 110 - US$ 500, lalu memberikan auto compound 0,01 lot - 0,05 lot dan dibanderol dengan harga US$ 100 atau Rp 1,5 juta.
Sementara untuk bot level 5, kapasitas tradingnya bisa mencapai US$ 10 juta dan auto compound 1.000 lot. Bot ini dibanderol dengan harga US$ 3.500 atau Rp 52,5 juta.
Kontan.co.id mencoba menelusuri perusahaan ATG ini dengan menghubungi nomor yang dicantumkan pada website www.robottradegold.com.
“Kami sudah berdiri satu tahun lebih dengan pengguna robot ratusan ribu. Ketika menggunakan ATG, pengguna hanya tinggal diam, semua bot yang melakukan trading jual dan beli,” ujar admin ATG yang tidak mau menyebutkan namanya kepada Kontan.co.id, Senin (11/10/2021).
Baca juga: Bank of America Identifikasi 20 Perusahaan Terkemuka AS dengan Eksposur Kripto
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam bertransaksi menggunakan ATG, penggunanya harus memiliki deposit mengendap US$ 100 agar bot masih terus bisa berjalan.
Jika penarikan dana ditarik melebihi deposit tersebut, maka bot akan hangus dan tidak bisa lagi melakukan transaksi. Sehingga ketika hendak melakukan transaksi lagi di ATG, pengguna harus membeli robot yang baru lagi.
Berdasarkan data yang dikirimkan oleh admin tersebut, ia mengklaim keuntungan yang diperoleh pengguna ATG setiap bulannya secara rata-rata berada di kisaran 14%-16%.
Sementara secara harian, sejak satu tahun terakhir, secara historis, kerugian yang dialami ATG hanya terjadi 11 kali, dari 240 kali lebih trading.
Selain itu, ada juga robot trading bernama Robot Sparta yang melakukan trading pada aset forex. Sama halnya dengan ATG, Robot Sparta juga mengklaim pengguna hanya cukup membeli robot, lalu seluruh transaksi akan dilakukan robot dan pengguna hanya tinggal menerima profit tanpa harus melakukan trading apa pun.
Robot Sparta menawarkan tiga pilihan transaksi, yakni EUR, GBP, dan emas. Ketiganya sama-sama memerlukan biaya deposit minimal sebesar US$ 250 dengan besaran top up minimal US$ 100. Namun, Robot Sparta menerapkan profit sharing sebesar 85% untuk pengguna dan 15% untuk PT Teknologi Otomatis Roket sebagai pengelola.
Namun, profit sharing di Robot Sparta dilakukan setiap dua minggu sekali, jika penarikan dilakukan sebelum dua minggu akan dikenakan charge 5%. Adapun, Robot Sparta mengklaim bisa memberikan return sebesar 8-15% per bulan.
Baca juga: Incar Pasar Afrika, Ejara Kamerun Tawarkan Layanan Kripto dan Investasi Berbahasa Prancis
Pengamat dan Praktisi Investasi Desmond Wira mengatakan, menggunakan robot trading dibutuhkan butuh skill khusus, terutama untuk setting parameter. Selain perlu skill, juga perlu menyediakan server khusus yang disebut VPS (virtual private server) supaya robot bisa bisa berjalan 24 jam.
Desmond mengimbau para investor yang akan menggunakan robot untuk berhati-hati dalam menyeleksi agar tak tertipu robot abal-abal.
Menurutnya, robot trading yang asli adalah memiliki file berupa EA (Expert Advisor) dan memiliki ekstensi mql4 atau ex4 di MetaTrader 4 atau mql5 atau ex5 di MetaTrader 5.
Lalu, robot harus bisa digunakan di broker forex manapun. Ketiga, harus diinstal terlebih dahulu di komputer atau server.
“Kalau menemukan tawaran robot yang tidak ada file dan diinstal oleh pengelolanya, serta cuma bisa dipakai di broker tertentu yang tidak jelas regulasinya, apalagi ada sistem MLM dan menjanjikan profit besar, maka harus waspada,” tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Satgas Waspada Investasi: Waspadai robot trading yang janjikan keuntungan tinggi
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Robot trading makin marak, investor harus hati-hati
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Robot trading kian marak, ini cara membedakan antara yang real dan patut diwaspadai