TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Semenjak melakukan (initial public offering) IPO, harga saham perusahaan unicorn PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) malah menurun.
Hari ini, Kamis (14/10/2021), harga BUKA baru terlihat perkasa, naik 7,91 persen menjadi Rp 750 per lembar saham.
Namun demikian, harga tersebut belum bisa melebihi harga pertama saat BUKA ditawarkan pertama kali saat IPO yaitu Rp 850 per saham.
Presiden Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan, pergerakan saham BUKA tidak terlepas dari strategi fund manager yang mengalokasikan portofolio investasi sesuai dengan industri yang sedang booming saat ini, yang berbarengan dengan naiknya komoditas.
Baca juga: Lowongan Kerja PT Shopee International Indonesia untuk Wilayah Solo Jawa Tengah, Ini Link Daftarnya
Teddy menilai, di saat sejumlah harga komoditas naik, di saat itu pula terjadi rotasi portofolio, dari saham berbasis tekonologi ke saham berbasis komoditas yang lebih menggiurkan.
“Bukan hanya BUKA, tetapi yang lain juga terkena rotasi. Kebetulan harga komoditas memang sedang naik,” terang Teddy saat audiensi dengan media, Kamis (14/10/2021).
Namun, Teddy menilai, fenomena booming komoditas ini baik bagi Indonesia.
Kenaikan harga komoditas tentunya membantu menyeimbangkan ekonomi khususnya di luar Jawa.
Baca juga: CARA Beli Pelatihan Kartu Prakerja Melalui Tokopedia dan Bukalapak, Batas Waktu 30 Hari!
Nantinya, melonjaknya harga jual komditas terefleksi dari naiknya daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Dia mencontohkan, perusahaan teknologi raksasa dunia juga sempat mengalami hal serupa seperti BUKA, yakni harga sahamnya cenderung melandai pasca melakukan initial public offering (IPO). Sebut saja Google dan Facebook.
Dari perspektif Teddy, penurunan saham emiten teknologi pasca IPO juga berkaitan dengan periode dimana investor masih mencoba mengerti dan mencerna bisnis yang dijalankan oleh emiten yang bersangkutan.
Baca juga: Cek Dashboard www.prakerja.go.id, Segera Ikut Pelatihan Prakerja Melalui Tokopedia hingga Pintaria
Dalam hal ini, investor dinilai masih mencerna strategi dan model bisnis yang dipakai BUKA yang menyasar pengembangan segmen UMKM.
“Kami menggunakan salah satu kemampuan yang dimiliki Indonesia, yakni UMKM. Sehingga perlu waktu bagi investor untuk mengerti model bisnis BUKA,” kata dia.
Masih dalam fase downtrend
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, saham BUKA sudah downtrend sejak kegagalannya menembus level resistance Rp 900 pada 28 September 2021.
William mengamini, sector rotation memang menjadi salah satu penyebab saham emiten teknologi ini menurun.
“Namun tidak tepat jika menyalahkan sector rotation saja, karena pelemahan efek sector rotation jarang yang separah ini,” kata William saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/10/2021).
Karena masih dalam fase downtrend, William merekomendasikan wait and see saham BUKA saat ini. Estimasi pelemahan hingga Rp 685 dan investor bisa mulai cicil beli. (Akhmad Suryahadi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Harga saham menurun hingga di bawah harga IPO, apa kata bos Bukalapak (BUKA)?