Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (SAPUHI) mengestimasikan biaya umrah untuk jemaah Indonesia akan mengalami peningkatkan biaya mencapai 20 persen.
Ketua SAPUHI Syam Resfiadi mengatakan, lonjakan biaya umrah tersebut adalah dampak dari beberapa persyaratan yang diajukan Pemerintah Arab Saudi kepada jemaah Indonesia.
"Sehingga beban-beban biaya yang sudah kita siapkan akan diperkiraan 15 sampai 25 persen. Itu akibat dari proses dari menuju normal sampai ke normal," ujar Syam kepada Tribunnews.com, Senin (18/10/2021).
Menurut Syam, kenaikan biaya umrah tidak bisa dihindari karena pelaksanaannya masih dalam kondisi pandemi.
Protokol kesehatan, kata Syam, masih harus dijalani oleh para jemaah yang hendak menjalankan ibadah umrah.
Baca juga: Bersyukur Umrah Dibuka Lagi, AMPHURI Berharap Vaksin Tak Jadi Kendala Calon Jemaah Indonesia
"Di mana di Arab Saudi masih ada ketentuan satu kamar itu harus berdua nggak boleh lebih dari dua, juga dalam kapasitas 50 persen isinya. Enggak boleh semua," tutur Syam.
Baca juga: Pemerintah Terus Mempersiapkan Teknis Pemberangkatan Jemaah Umrah dari Tanah Air
Selain itu, para jemaah harus sudah tervaksin sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi yaitu sudah dua kali vaksin, kecuali Sinovac dan Sinopharm.
Pemerintah Arab Saudi mewajibkan penggunaan booster vaksin bagi jemaah yang menggunakan vaksin Sinovac dan Sinopharm.
Baca juga: Tren Penurunan Kasus Covid Jadi Pertimbangan Arab Saudi Perbolehkan WNI Umrah
"Menurut informasi kementerian agama sedang membahas hal-hal teknis seperti itu. Kalau apabila memang hal-hal yang sifatnya akibat dari protokol kesehatan ini bisa diredam, bisa dikondisikan seperti normal," ucap Syam.
Meski begitu, Syam mengatakan kenaikan biaya juga bisa terjadi pada penyediaan akomodasi dan transportasi menuju tanah suci.
Syam mengungkapkan pihak penerbangan bakal harus kembali mempersiapkan jadwal penerbangan.
"Namun perlu diketahui juga sebelum menuju normal, pasti ada masa untuk menuju normal. Nah masa menuju normal ini kan contohnya Airline harus menghitung schedule daripada pesawatnya,: ujarnya.
"Apakah mereka masih punya pesawat? Pesawat yang mana? Itu kan perlu waktu untuk men-schedule bikin approval landing dan segala macam," jelas Syam.
Hotel juga akan melakukan sejumlah persiapan untuk melayani jemaah umrah.
Menurut Syam, bakal banyak penyesuaian yang dilakukan oleh pihak hotel.
"Kalau belum buka semuanya kan mereka harus mulai dari soft opening, opening dan seterusnya. Hingga butuh waktu dan penyesuaian diri," ucap Syam.
Sejumlah persiapan, kata Syam, bakal dilakukan oleh pihak travel dan semua yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah umrah.
"Jangan sampai kita mencari pesawat yang belum siap baru ngomong doang, tapi fisiknya belum ada pesawatnya. Hotel juga demikian baru punya penawaran, tapi servisnya tidak full, masih banyak kendala," pungkas Syam.