Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Perikanan (Fisheries Forum) menjadi wahana berbagi informasi dan gagasan bagi negara-negara Pasifik dalam merespon dampak Covid-19 terhadap ekonomi masyarakat berlangsung pada tanggal 29 Oktober 2021 merupakan forum virtual terakhir dari kegiatan
The 2nd Pacific Exposition 2021.
Forum virtual yang ditayangkan pada berbagai platform media online ini dibuka Duta Besar RI Keliling untuk Pasifik sekaligus Ketua Penyelenggara Kegiatan the 2nd Pacific Exposition 2021 Tantowi Yahya.
Tantowi menyampaikan bahwa perikanan merupakan salah satu faktor penting dalam kesinambungan ketahanan pangan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Pasifik.
"Sumber daya perikanan wilayah Pasifik digolongkan menjadi dua kategori utama adalah Kelautan dan Pesisir," ujar Tantowi, dalam keterangannya, Sabtu (30/10/2021).
Baca juga: Luhut: Kolabolarasi Regional Percepat Pemulihan Ekonomi di Kawasan Pasifik
Sementara itu, Menteri Kehakiman, Komunikasi dan Urusan Luar Negeri sekaligus acting Menteri Perikanan dan Perdagangan Tuvalu Simon Kofe dihadirkan sebagai keynote speaker.
Baca juga: Anak Usaha Telkom Siapkan Ekspansi ke Pasar Asia Pasifik dan ASEAN
Simon menyatakan Tuvalu sebagai negara ketiga terkecil di kawasan Pasifik dengan penduduk 12.000 jiwa yang sangat bergantung pada sektor perikanan, perikanan tuna merupakan sektor terpenting dalam memasok pendapatan negara.
Baca juga: Jadi Andalan, Pemprov Maluku Ajak Investor Tanam Modal di Sektor Perikanan
Dihadiri ratusan peserta melalui platform online, Forum Perikanan menghadirkan lima narasumber pakar di bidang perikanan dan kelautan.
Antara lain Menteri Perikanan Fiji Semi Tuleca Koroilavesau; Dirjen Pacific Islands Forum Fisheries Agency (FFA) Dr. Manumatavai Tupou-Roosen; Kepala Scientist Aquaculture & National Institute of Water and Atmosphere Research (NIWA) Selandia Baru DR. Andrew Forsythe.
Baca juga: Ekspor Komoditas Perikanan Makin Menggeliat di Masa Pandemi
Pembicara lainnya adalah Kepala Tim Pelaksana Unit Kerja Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Dr. Anastasia Kuswardani; dan Pejabat Perikanan dari Departemen Perikanan Kelautan dan Kelautan, Pemerintah Kaledonia Baru, Mickaël LERCARI.
Sedangkan Fishery and Aquaculture Officer Regional Office for Asia and the Pacific Food and Agricultural Organization of the United Nation (FAO) diwakili oleh Susana Siar sebagai moderator.
Prinsip Sustainable Ocean Economy disebut Dr. Anastasia Kuswardani sebagai salah satu solusi untuk mewujudkan keseimbangan antara perlindungan ekosistem laut, pembangunan ekonomi kelautan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dari pemanfaatan laut.
Kuswardani menjelaskan lima bidang dalam implementasi sustainable ocean economy yang menjadi perhatian adalah kekayaan laut, kesehatan laut, keadilan dalam pendistribusian manfaat laut, pengetahuan tentang laut, dan pembiayaan upaya penyehatan dan pengelolaan sumber daya kelautan.
"Sebagai negara maritim, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan kekayaan laut Indonesia untuk pembangunan dan kemakmuran nasional," kata Kuswardani.
Pandemi Covid-19 berdampak luar biasa bagi Fiji, sebagian besar masyarakat terpaksa harus melaut atau mencari ikan sebagai mata pencaharian pokok untuk kelangsungan hidup sehari-hari.
Dalam kaitan itu, Menteri Perikanan Fiji Semi Tulega Koroilavesau menyatakan Pemerintah Fiji perlu mengembangkan kemampuan untuk meningkatkan ketersediaan ilmu pengetahuan dan investasi teknologi yang maju dan hemat biaya untuk merubah kondisi tersebut.
Direktur Jenderal Pacific Islands Forum Fisheries Agency (FFA), Dr. Manumatavai Tupou-Roosen selain memberikan apresiasi atas kepemimpinan Indonesia dalam berkolaborasi dengan para anggota Pacific Islands Forum juga menginformasikan bahwa kawasan Pasifik merupakan pemasok ikan tuna terbesar dunia dan memiliki sistem pengelolaan perikanan
terbaik.
"FFA menyambut baik kerja sama dengan Indonesia khususnya dalam meningkatkan standar kerja yang aman dan layak di sektorperikanan," kata Manumatavai.
Dalam merespon peluang dan membantu industri akuakultur Selandia Baru guna mencapai target nilai $1 miliar pada tahun 2025, menurut Andrew Forsythe Kepala Scientist Aquaculture & National Institute of Water and Atmosphere Research, NIWA penting untuk menyatukan fasilitas penelitian kelas dunia.
"Termasuk Pusat Penelitian Kelautan Northland dan tim spesialis akuakultur terbesar di negara ini untuk mendukung industri dengan ilmu pengetahuan unik dan inovasi saat ini yang sedang berkembang," kata Andrew.
Sebagai pembicara terakhir, Pejabat Perikanan dari Departemen Perikanan Kelautan dan Kelautan Pemerintah Kaledonia Baru Mickaël Lercari memaparkan bahwa Perikanan dan Akuakultur adalah sektor utama di Kaledonia Baru yang merupakan sumber pekerjaan bagi masyarakat berketrampilan rendah.
"Covid-19 berdampak cukup signifikan terhadap para nelayan dimana tidak ada pilihan bagi para nelayan kecuali berhenti berlayar mencari ikan menyusul restoran, pasar dan supermarket tutup karena lockdown yang diberlakukan oleh pemerintah New Caledonia," ungkapnya.
Dalam diskusi terdapat fokus dan penekanan yang sangat kuat pada kerja sama, solidaritas regional dan bagaimana cara mempertahankan dan memiliki ketahanan perikanan, serta budidaya perikanan/perairan.
Perhelatan the 2nd Pacific Exposition berlangsung selama empat hari diikuti oleh 18 negara yaitu Australia, Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia Perancis, Guam, Kiribati, Nauru, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Niue, Palau, Papua Nugini, Samoa, Kepulauan Solomon, Timor Leste, Tonga, Tuvalu dan Indonesia.
Sampai saat ini terdata 3.300 pengunjung hadir pada selain Forum Perikanan juga 4 forum lain yaitu Forum Kesehatan; Forum Pariwisata; Forum Perdagangan, Investasi dan Ekonomi Kreatif; dan The Pacific Talks.