Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, kinerja maskapai penerbangan Garuda Indonesia masih belum bisa diprediksi.
Hal tersebut dikarenakan masih adanya pandemi Covid-19 serta masih berlakunya pengetatan syarat dalam melakukan perjalanan.
Di mana, pengetatan syarat perjalanan membuat kinerja angkutan penumpang pesawat mengalami penurunan yang cukup dalam.
Ditambah lagi, saat ini Pemerintah masih mewajibkan syarat tes PCR atau Antigen bagi para pelaku perjalanan.
"Setiap ada pengetatan pergerakan atau penerapan PCR dan sebagainya, ini akan berdampak langsung. Karena jumlah penumpang menurun signifikan," ucap Kartika dalam rapat bersama DPR Komisi VI, Selasa (9/11/2021).
"Ini yang (membuat) sulit memprediksi cash flow Garuda, karena cash flow Garuda bergantung terhadap pemulihan daripada kondisi Covid-19 ini," sambungnya.
Diketahui, syarat dan aturan naik pesawat telah diperbarui sejak Rabu (3/11/2021) lalu.
Aturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 96 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Udara pada Masa Pandemi Covid-19.
Penerbitan SE ini merujuk pada terbitnya Intruksi Mendagri (Inmendagri) Nomor 57 tahun 2021 dan SE Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 22 Tahun 2021.
Baca juga: Secara Teknis Garuda Sudah Bangkrut, Prabowo Ingin Opsi Penyelamatan, NasDem Dorong Bentuk Pansus
Pelaku perjalanan yang menggunakan transportasi udara atau pesawat bisa membawa hasil tes PCR atau tes Antigen negatif.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra beberapa waktu yang lalu juga pernah mengungkapkan hal yang senada.
“Kita berulang kali bikin outlook secara internal. Namun situasi pandemi dan penanganan soal pembatasan perjalanan ini membuat kita agak sulit memprediksi keakuratan proyeksi kita,” ucap Irfan.
Sebagai informasi, perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor transportasi sangat mengalami pukulan yang cukup keras imbas pandemi Covid-19.
Karena, sebagian besar masyarakat masih takut. Lantaran potensi penyebaran virus Covid-19 cukup berisiko di fasilitas-fasilitas umum termasuk sarana transportasi.