Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Insiden kebakaran di salah satu tangki timbun bahan bakar minyak (BBM) Pertamina di area Kilang Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu malam (13/11/2021) memicu kekhawatiran terjadinya pencemaran lingkungan.
Api yang membumbung tinggi di peristiwa kebakaran tersebut baru benar-benar bisa dipadamkan secara menyeluruh pada Minggu (14/11/2021) pagi sekitar pukul 07.45 WIB.
Status darurat (emergency) juga telah dicabut pada pukul 09.15 WIB.
Menanggapi potensi pencemaran lingkungan di area kilang Cilacap pasca kebakaran, CEO Subholding Refinery and Petrochemical, Djoko Priyono menegaskan, timnya sebisa mungkin melakukan pengendalian pencemaran lingkungan.
Baca juga: Kilangnya Terbakar di Cilacap, Berapa Perkiraan Kerugian PT Pertamina?
Di antaranya lewat standby peralatan penanggulangan lolosan minyak dan pemasangan “absorbent” pada parit-parit.
"Kemudian dilakukan patroli vacuum truck di dalam kilang dan juga monitoring oleh kru oil man di sekitar tangki," kata Djoko saat konferensi pers, Minggu (14/11/2021).
Baca juga: Begini Kronologi dan Upaya Pertamina Dalam Memadamkan Api di Tangki Cilacap
Dia mengatakan, operasional Kilang Cilacap tetap beroperasi secara normal, baik saat terjadi insiden maupun setelah ditangani.
Terkait dengan ketersediaan stok BBM dan LPG akibat insiden tersebut, stok baik nasional maupun lokal terjaga dengan baik.
Untuk stok BBM jenis Premium saat ini berada di posisi 27 hari, Pertamax 15 hari, Pertalite di atas 10 hari, Solar 20 hari, Avtur 35 hari serta Pertamax Turbo 50 hari dan LPG 12,7 hari.
"Selama terjadi insiden di tangki, seluruh operasional Kilang Cilacap berjalan dengan normal seperti biasanya" ujar Djoko.
"Jadi tidak ada terganggu karena kita bisa melakukan penyekatan (api yang menjalar) di tangki tersebut sehingga semua operasional tetap berjalan seperti biasanya," pungkasnya.