TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bursa saham sangat rentan dengan isu pandemi saat ini.
Ambruknya harga saham pada Jumat (26/11/2021) kemarin juga terjadi salah satunya karena munculnya varian Covd-19 terbaru.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung tergelincir 2,06% ke level 6.561,55 pada Jumat (26/11).
Selama sepekan, IHSG jatuh 2,36%, hari Jumat menjadi penyumbang terbanyak.
Total volume transaksi bursa mencapai 28,42 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 16,47 triliun. Ada 476 saham mengalami penurunan harga, 99 saham menguat, dan 98 saham diam di tempat. Investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 185,16 miliar di seluruh pasar.
Baca juga: IHSG Dibuka Anjlok 0,49 Persen ke 6.666,34, Investor Asing Lepas BBCA, BBRI dan BUKA
Analis Pilarmas Investindo Okie Setya Ardiastama mengatakan, penurunan IHSG seiring dengan pergerakan pada sebagian besar pasar saham Asia.
“Pelaku pasar mencermati depresiasi rupiah dan juga capital outflow baik pada pasar saham maupun pasar obligasi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11/2021).
Menurut Okie, kondisi tersebut seiring dengan naiknya volatilitas pada pasar saham, dimana munculnya varian baru dari virus corona memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menambahkan, pergerakan IHSG yang melemah lebih dari 2% pada perdagangan Jumat (26/11), dipicu kekhawatiran terhadap varian baru Covid-19 yakni B.1.1.529.
Baca juga: Saham Menghijau, IHSG Dibuka Mendekati Rekor Sepanjang Masa, Asing Jual MTEL dan ASII
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dijadwalkan mengadakan special meeting pada Jumat (26/11) untuk mendiskusikan varian baru tersebut.
“Varian baru tersebut meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi lonjakan kasus baru Covid-19 secara global, terutama di beberapa negara Eropa yang mencatatkan kenaikan signifikan kasus baru Covid-19 dalam sepekan terakhir,” ujarnya dalam riset, Jumat (26/11/2021).
Dari dalam negeri, Pemerintah Indonesia berencana menerapkan PPKM level 3 secara nasional pada 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2021, sebagai bentuk antisipasi potensi kenaikan kasus baru Covid-19 di Indonesia pada akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.
Baca juga: Diprediksi Melemah, IHSG di Sesi I Justru Menguat 0,14 Persen ke 6.687,167
Terlepas dari hal tersebut, kata Valdy, pasar juga tertekan oleh potensi pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh the Fed.
Salah satu pemicunya adalah data US Initial Jobless Claims yang turun signifikan ke level 199.000 pada periode 14-20 November 2021.