TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Jenderal Imigrasi menerbitkan aturan pembatasan pelaku perjalanan internasional yang akan masuk Wilayah Indonesia.
Hal itu untuk menyikapi dinamika munculnya varian baru Covid-19 B.1.1.529 atau varian Omicron dari luar Wilayah Indonesia
Kepala Bagian Humas dan Umum Ditjen Imigrasi Arya Pradhana Anggakara, menjelaskan bahwa aturan baru ini melarang masuknya orang asing ke Wilayah Indonesia bagi yang mempunyai riwayat perjalanan mengunjungi wilayah Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambique, Eswatini, dan Nigeria dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari sebelum masuk wilayah Indonesia.
"Jika ada orang asing yang pernah berkunjung ke negara-negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari ke belakang, maka akan langsung ditolak masuk Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi," jelas Angga, Minggu (28/11/2021).
Selain itu, Ditjen Imigrasi juga menangguhkan sementara pemberian visa kunjungan dan visa tinggal terbatas bagi warga negara Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambique, Eswatini, dan Nigeria.
Baca juga: Imigrasi Larang Orang Asing yang Punya Riwayat Perjalanan dari Afrika Masuk ke Indonesia
Angga menyebut aturan pembatasan masuknya orang asing serta penangguhan sementara visa bagi negara terkait mulai berlaku pada Senin, 29 November 2021.
Untuk orang asing selain dari negara-negara tersebut, Angga menambahkan bahwa saat ini masih berlaku aturan pembatasan sesuai Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 34 Tahun 2021 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal Keimigrasian Dalam Masa Penanganan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Mengenal Omicron, Varian Baru Covid-19 yang Terdeteksi di Afrika Selatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian baru Covid-19, Omicron sebagai variant of concern (VOC).
Pimpinan Teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, mengatakan varian Omicron ditetapkan sebagai VOC karena memiliki beberapa sifat yang mengkhawatirkan.
"Ini memiliki sejumlah besar mutasi dan beberapa dari mutasi ini memiliki beberapa karakteristik yang mengkhawatirkan,” kata Kerkhove dalam video yang diunggah WHO di Twitter, Jumat (26/11/2021).
Sebuah panel penasihat WHO pun menunjukkan bukti, varian Omicron menimbulkan peningkatan risiko infeksi ulang dibandingkan varian lain yang sangat menular.
Baca juga: Jumlah Negara Di Eropa yang Deteksi Kasus Omicron Terus Bertambah
Melihat hal itu, otoritas global bereaksi waspada terhadap munculnya Omicron, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan sejak itu terdeteksi di Belgia, Israel, Botswana, dan Hong Kong.
Dikutip dari Aljazeera, sejak Kamis (25/11/2021) beberapa negara telah melarang perjalanan dari beberapa negara Afrika, termasuk Afrika Selatan, Botswana, Zambia, dan Zimbabwe, karena kekhawatiran atas varian baru.
Apa Itu Varian Omicron?
Ilmuwan Afrika Selatan telah mendeteksi sejumlah kecil varian, yang disebut B.1.1529, pada Selasa (23/11/2021), dalam sampel penelitian dari tanggal 14 hingga 16 November 2021.
Pada hari Rabu, para ilmuwan Afrika Selatan mengurutkan lebih banyak genom, memberi tahu pemerintah mereka mengkhawatirkan varian tersebut.
Para ilmuwan juga meminta WHO untuk mengadakan kelompok kerja teknisnya tentang evolusi virus pada hari Jumat.
Negara ini telah mengidentifikasi sekitar 100 kasus varian, sebagian besar dari provinsi terpadatnya, Gauteng.
Dikutip dari Channel News Asia, ilmuwan Afrika Selatan mengatakan tanda-tanda awal dari laboratorium diagnostik menunjukkan virus itu telah menyebar dengan cepat di Gauteng dan mungkin sudah ada di delapan provinsi lainnya di negara itu.
Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona 28 November 2021: 264 Kasus Baru, 1 Meninggal Jadi yang Terendah di 2021
Tingkat infeksi harian negara itu hampir dua kali lipat pada hari Kamis menjadi 2.465 kasus.
Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) Afrika Selatan tidak mengaitkan lonjakan kasus dengan varian baru, meskipun ilmuwan lokal menduga itu adalah penyebabnya.
Botswana mendeteksi empat kasus, semua berasal dari orang asing yang tiba dengan misi diplomatik dan telah meninggalkan negara itu.
Hong Kong memiliki satu kasus pada pelancong dari Afrika Selatan, dan Israel satu kasus pada pelancong yang kembali dari Malawi.
Varian tersebut relatif mudah dibedakan dalam tes PCR dari varian Delta, varian Covid-19 yang dominan dan paling menular sejauh ini.
Tidak seperti varian Delta, varian Omicron memiliki mutasi yang dikenal sebagai S-gen drop-out.
Adapun tidak ada gejala yang tidak biasa yang dilaporkan setelah infeksi dengan varian B.1.1.529 dan, seperti varian lainnya, beberapa individu tidak menunjukkan gejala, kata NICD Afrika Selatan.
Penularan 400 Persen Lebih Cepat dari Varian Delta
Kemunculan varian baru di Afrika Selatan kini mulai jadi perbincangan.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memberikan nama varian baru virus Corona B.1.1.529 yang berasal dari Afrika Selatan Omicron.
Varian ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, Omicron langsung ditetapkan sebagai varian of concern.
Pada varian mutasi sebelumnya, perlu beberapa tahapan sampai bisa menjadi varian of concern.
Hal ini diungkapkan oleh Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.
Namun sejauh ini untuk gejala klinis secara spesifik masih harus ditunggu.
Namun catatan penting dari varian ini adalah potensi penularannya lima kali lebih cepat dibandingkan varian asli dari Wuhan.
Baca juga: Imigrasi Larang Orang Asing yang Punya Riwayat Perjalanan dari Afrika Masuk ke Indonesia
Menurut Dicky, bahkan varian tersebut lebih cepat dari varian Delta.
"Potensinya baru analisa awal, berpotensi 500 persen lebih cepat dibandingkan Wuhan virus liar. Artinya 400 persen dibandingkan Delta. Ini baru pola awal saat ini ya. Mudah mudahan tidak seperti itu," ungkapnya saat ditanyai Tribunnews, Sabtu (27/11/2021).
"Dan juga yang jelas potensi penularannya, kalau dibandingkan diibaratkan delta 100 persen lebih cepat dari virus liar yang di wuhan. Ini kemungkinan sampai 500 persen atau lima kalinya dari pada.
Dicky menyebutkan potensi ini dihitung sesuai dasar dari varian Wuhan. Karena penularannya jauh lebih cepat, dunia terhitung sangat rawan menghadapi varian ini. Terutama di negara Indonesia.
Ini akan membuat tahun 2022 menjadi kompleks dalam artian prediksi sehingga saya pribadi beberapa waktu terakhir berubah predikasinya 2022 karena banyak faktor yang membuat kompleks," pungkasnya.