TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Para investor kini masih bisa lega, meski ancaman varian baru Covd-19 sempat membuat khawatir.
Peluang untuk mendulang keuntungan dari bursa saham di penutupan tahun masih ada.
Secara historis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Desember selalu mengalami apresiasi.
Demikian diungkapkan Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio.
Baca juga: IHSG Hari Ini Ditutup Menghijau Naik 46,74 Poin ke 6.608,29, Asing Catat Beli Bersih Rp 1,17 Triliun
Menurutnya, memang kondisi tersebut tertopang oleh saham-saham bluechip karena efek window dressing.
“Tapi, memang sentimen Covid-19 varian terbaru di Afrika yang dinyatakan cukup mengkhawatirkan ini menjadi sentimen negatif yang menahan laju IHSG di hari Jumat kemarin,” kata Frankie kepada Kontan, Senin (29/11/2021).
Pada perdagangan Jumat (26/11), IHSG longsor 2,06% ke level 6.561,55. Frankie melihat hal tersebut terbilang wajar mengingat investor khawatir bila lonjakan kasus Covid-19 di akhir tahun 2019 menuju 2020 kembali terulang.
Padahal, kondisi ekonomi baru saja berangsur pulih.
Baca juga: Isu Varian Mematikan Covid-19 Bikin Bursa Ikut Terimbas, IHSG Terjun Bebas
Tak menutup kemungkinan, jika varian baru Covid-19 omicron ini menyebar khususnya ke Indonesia maka dapat kembali menghambat perekonomian.
Sehingga pelaku pasar melakukan aksi profit taking di tengah IHSG yang sedang melaju naik.
Walaupun demikian, Frankie memproyeksi pergerakan IHSG akan stabil di rentang 6.500-6.700 hingga tutup tahun 2021.
Pelaku pasar masih akan menunggu perkembangan soal Covid-19 varian terbaru, setidaknya sampai awal tahun depan.
Baca juga: Prediksi Perdagangan Saham Hari Ini, IHSG Dekat Posisi Rekor Sepanjang Masa
“Jika investor mau masuk saat ini, masih ada peluang untuk memperoleh keuntungan.
Sebab, dari koreksinya IHSG kemarin membuat beberapa saham yang diproyeksikan memiliki kinerja baik pada tahun ini turut turun, sehingga menjadi menarik untuk dipertimbangkan,” paparnya.
Nah, sebagai salah satu strategi jelang akhir tahun ini investor bisa mempertimbangkan saham ASII dari sektor otomotif, kemudian ada sektor perbankan yakni saham BBRI, dan dari sektor consumer goods bisa mempertimbangkan saham ICBP.
Frankie menjagokan saham-saham tersebut lantaran merupakan saham bluechips dan saham seperti BBRI, ASII, dan ICBP merupakan proxy IHSG bagi investor asing. Ia bilang, secara valuasi dan prospeknya juga masih terbilang menarik.
Frankie memasang target harga untuk ASII di Rp 6.400-Rp 6.500, kemudian saham BBRI dengan target Rp 4.400-Rp 4.500, dan untuk ICBP dengan target harga Rp 9.300-9.500. (Ika Puspitasari)