Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyusun peta jalan atau road map untuk pengelolaan lingkungan industri hulu migas di masa depan.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka pencapaian target produksi migas pada 2030 dengan tetap mendukung pencapaian target pembangunan rendah karbon (RPK).
Baca juga: Revisi Undang-Undang Cipta Kerja Dinilai Tak Berpengaruh ke Investasi Hulu Migas
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, agar perencanaan dilaksanakan secara efektif, maka SKK Migas saat ini melakukan bench marking dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya untuk melihat potensi strategi mencapai target-target tersebut.
"Hasil bench marking akan digunakan untuk menyusun roadmap, sehingga dapat diketahui prioritas utama strategi untuk penurunan emisi karbon dalam rangka peningkatan produksi migas,” kata Dwi saat The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021(IOG 2021), Bali, Senin (29/11/2021).
Baca juga: Kementerian ESDM: Gas akan Sokong Kebutuhan Energi, Gantikan Peran Batubara
Dalam waktu tiga hingga empat bulan ke depan, kata Dwi, roadmap dapat diselesaikan SKK Migas, sehingga lembaga yang dipimpinnya bersama para stakeholder dapat bekerja sama mendukung pelaksanaan program yang akan dilakukan KKKS secara maksimal.
Dwi menyebut, saat ini pihaknya telah memiliki enam strategi untuk mengawal industri hulu migas di era rendah karbon yaitu penerapan kebijakan dan regulasi yang dapat mendukung penerapan rendah karbon.
Kemudian, pengelolaan energi, zero routine flaring, mengurangi emisi kebocoran, penghijauan dan CCS/CCUS.
Salah satu program, yaitu program penghijauan, telah masuk ke dalam Key Performance Indicator (KPI) SKK Migas.
"Sejak tahun 2021, kami sudah memasukkan program penghijauan ke dalam KPI SKK Migas, untuk memastikan realisasi proyek di lapangan," ujarnya.
Program Enhanced Gas Recovery-Carbon Capture, Utilization, and Storage (EGR-CCUS) Pertama di Indonesia sejalan dengan komitmen industri hulu migas untuk mendukung pembangunan rendah karbon.
Pada hari pertama IOG 2021, telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara SKK Migas dengan bp Indonesia untuk mengembangkan proyek Vorwata Enhanced Gas Recovery-Carbon Capture, Utilization and Storage (Vorwata EGR-CCUS) di Papua.
Melalui proyek ini, gas CO2 yang diproduksi akan dinjeksikan kembali ke dalam reservoir Vorwata untuk membantu meningkatkan produksi gas, di manaVorwata EGR-CCUS akan menjadi proyek EGR-CCUS pertama di Indonesia.
Proyek ini diharapkan amulai beroperasi di tahun 2026 atau 2027.
Dengan proyek ini, direncanakan sebanyak 4 juta ton gas CO2 per tahun dapat diinjeksikan kembali ke dalam reservoir setiap tahun.
Secara total, jumlah CO2 yang diinjeksikan akan mencapai 25 juta ton pada 2035 dan 33 juta ton pada 2045.
Dari sisi produksi gas, proyek ini berpotensi meningkatkan produksi gas sebesar 300 milyar kaki kubik (BCF) pada 2035 atau mencapai 520 BCF pada 2045.