News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penyandang Disabilitas Jadi Wirausaha Muda Kreatif, Trimah Membatik dengan Kaki

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Trimah telah mampu menghasilkan batik tulis yang ditulis menggunakan kakinya sendiri dengan brand Batik Samparan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi seorang perajin batik mungkin tidak akan terpikirkan oleh Trimah.

Wirausaha penyandang disabilitas muda ini membuat karya batiknya menggunakan kaki.

Trimah yang lahir di Magelang pada 15 April 1990, dan kini juga menjadi seorang ibu bagi anaknya yang berusia 18 bulan, juga tidak menyangka rasa penasarannya dapat menuntunnya hingga hari ini.

Melalui membatik menggunakan kaki, Trimah juga mendapatkan nilai kehiudpan yang hingga saat ini terus ia jalankan.

Baca juga: 5 Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Negara Lain, Motif Batik Hingga Lagu Daerah

“Saya mulai membatik sejak tahun 2014, namun sudah mulai belajar sejak tahun 2010 untuk membatik menggunakan kaki. Dengan membatik saya mendapatkan treatment untuk mengendalikan emosi dan tempramen. Saya juga bisa menghasilkan dan membantu perekonomian,” ujar Trimah, Senin (6/12/2021).

Rasa penasaran ini didorong dengan keingintahuannya karena melihat orang lain mampu membubuhkan malam pada kain batik, sehingga muncul pemikiran apakah ia juga bisa melakukan hal yang sama dengan kakinya.

Trimah mengungkapkan banyak kegagalan yang harus dilewati, tetapi rasa penasaran mampu mengalahkan rasa menyerah yang dialami serta membangun kepercayaan dirinya.

Baca juga: Lima Rekomendasi Toko Batik Legendaris di Jogja

Ia juga bertekad untuk mendapatkan pendapatan untuk dirinya sendiri, sehingga dapat hidup mandiri.

Dalam prosesnya belajar dan didukung oleh orang-orang di sekelilingya, ia terus berkarya dan mampu membuat batik dengan motif abstrak dan warna-warna yang berani.

Trimah juga menerapkan nilai yang sama dalam merawat anaknya, yaitu menggunakan hati yang tulus, lapang, juga ikhlas dalam setiap goresan malam yang ia bubuhkan ketika proses membatik.

“Perasaan saya menjadi pembatik itu bangga, karena tanpa disadari saya ikut “nguri-uri” (melestarikan) kebudayaan Jawa. Menurut saya merawat anak dan membatik itu hampir sama, karena keduanya menggunakan hati yang tulis, lapang, juga ikhlas,” ungkap Trimah.

Baca juga: Lestarikan Seni Tradisi, Broker OctaFX Salurkan Dukungan Finansial untuk Usaha Batik Laweyan

Hingga kini, Trimah telah mampu menghasilkan batik tulis yang ditulis menggunakan kakinya sendiri dengan brand Batik Samparan.

Ia juga berkarya sebagai mitra dampingan dari Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY).

Karya batik ini dikenal orang dengan metode mulut ke mulut, serta dijual melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook.

Karya-karya batik tulis dari Trimah sendiri juga dapat dipesan motif dan warnanya, sehingga dapat menyesuaikan keinginan dari para pembelinya. Trimah berharap, karya yang ia ciptakan juga dapat menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah dan terus berkarya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini