News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Semangat Inovasi

Bikin Haru! Ini Kisah Pelaku UMKM Difabel yang Berhasil Berkembang berkat Digitalisasi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemilik The Able Art, Tommy Budianto, bersama Sadikin Pard, salah satu seniman difabel.

TRIBUNNEWS.COM - Pada era disrupsi teknologi saat ini, digitalisasi bisnis pun kian berkembang. Setiap pemainnya dituntut untuk melakukan transformasi digital.

Fakta pun berbicara demikian. Melansir Kompas.com, diprediksi hingga 2030 di Indonesia akan ada 27 hingga 46 juta lapangan pekerjaan baru dari berbagai sektor berkat digitalisasi dan otomasi.

Melihat kondisi saat ini, perkembangan ekonomi digital di Indonesia makin menunjukkan hasil positif dengan banyaknya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang telah melakukan digitalisasi.

Di sisi lain, perusahaan teknologi digital di Indonesia juga turut mendukung digitalisasi UMKM yang kian berkembang. Secara inklusif, para penggiat UMKM, bahkan yang mengalami keterbatasan fisik atau difabel, dapat mengembangkan usahanya secara digital, scale up serta menambah jangkauan penjualan.

Tanpa terkecuali, digitalisasi UMKM melalui platform e-commerce dapat dimanfaatkan oleh siapa pun. Contohnya adalah The Able Art dan Toko Lariz.

Sukses mengadopsi teknologi dengan memfokuskan penjualan melalui e-commerce, kedua UMKM lokal ini turut berkontribusi terhadap ekonomi digital di Indonesia. 

Tingkatkan nilai jual para seniman difabel

Produk The Able Art.

Kisah menarik datang dari The Able Art. UMKM yang didirikan oleh Tommy Budianto berkat kecintaannya terhadap dunia sosial ini berfokus pada bidang seni. Tak sekadar seni, Tommy membantu mereproduksi berbagai lukisan karya seniman difabel. 

Sejak berdiri di tahun 2017 di kota Pasuruan, Tommy membantu meningkatkan nilai jual lukisan dari para seniman difabel dengan menyulapnya menjadi berbagai produk, seperti hijab, tas, pouch, dan lainnya. Produk tersebut pun dijual secara online maupun offline kepada masyarakat.

“The Able Art didirikan untuk memberdayakan para seniman difabel agar tetap bisa berkarya sehingga mereka bisa memperoleh pendapatan tetap. Kami ingin setiap karya memiliki nilai sosial bagi masyarakat Indonesia,” jelas Tommy.

Dalam menjalankan bisnisnya, Tommy menggandeng seniman lukis difabel dari sejumlah daerah di Indonesia, mulai dari Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang hingga Bali. 

Tak jarang, untuk mendapatkan hasil reproduksi lukisan yang berkualitas tinggi, Tommy datang langsung ke tempat para seniman dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka.

Kini, Tommy memanfaatkan platform e-commerce Tokopedia untuk menjual dan memasarkan produk karya seni reproduksi lukisan tersebut. Tak hanya itu, berkat memasarkan produknya secara online, The Able Art berhasil melakukan eskalasi bisnis dan mendapatkan peningkatan penjualan.

“Di awal berjualan, penjualan kami hanya berkisar 10-20% dari sebelum kami bergabung dengan Tokopedia. Setelah memanfaatkan Tokopedia, The Able Art bisa mengirimkan rata-rata 100 pesanan dalam sebulan ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Papua,” kata Tommy.

Keterbatasan fisik tak jadi halangan 

Pemilik warung kelontong Toko Lariz sekaligus tuna daksa asal Semarang, Suhartini.

Cerita yang sama dialami oleh Suhartini. Berkat semangat pantang menyerah, seorang tunadaksa ini sukses mengembangkan bisnisnya menjadi lebih baik berkat pemanfaatan teknologi.

Toko kelontong miliknya yang dinamai Toko Lariz kini jadi salah satu sumber utama penghasilan keluarganya.

Hal ini terjadi bermula dari keputusannya—keputusan besar—bergabung menjadi Mitra Tokopedia di tahun 2019 lalu.

Dengan segala fitur dan kemudahan yang diberikan oleh Tokopedia, Suhartini berhasil memanfaatkannya untuk membantunya berjualan.

Sebagai contoh, Suhartini tak perlu repot keluar rumah untuk menyetok ulang produk sembako dari tokonya. Ia hanya perlu melakukannya dengan praktis lewat aplikasi Mitra Tokopedia.

Tak hanya itu, aplikasi Mitra Tokopedia juga membuat Suhartini bisa menambah varian produk digital di tokonya, seperti pulsa, paket data, token listrik dan PDAM, sehingga pendapatannya pun meningkat.

“Sejak bergabung di Mitra Tokopedia, warung saya semakin laris. Isi ulang stok warung juga sangat mudah karena saya tidak harus keluar rumah. Dengan berjualan produk digital, omzet saya naik 2x lipat,” ungkap Suhartini.

Ia menambahkan, teknologi telah memungkinkan ia melakukan banyak hal meski mengalami keterbatasan fisik.

“Keterbatasan fisik bukan penghalang bagi saya. Dengan adanya teknologi, semua hal dimungkinkan. Saya ingin terus membuktikan bahwa tunadaksa bermodal minim juga bisa menciptakan peluang,” ucap Suhartini.

Dua sosok inspiratif tersebut menjadi salah satu contoh bahwa transformasi digital dalam bisnis membuka banyak peluang baru. Dengan kata lain, digitalisasi bisnis telah bersifat inklusif; ia merangkul siapa pun tanpa terkecuali.

Para penggiat UMKM lokal tersebut memberikan dampak besar bagi ekonomi digital dalam pemulihan ekonomi. 

Melansir rilisan pers yang diterima Tribunnews, Kamis (15/12/2021), External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya menyatakan bahwa Tokopedia menyuguhkan peluang digitalisasi seluas-luasnya bagi para difabel.

“Tokopedia terus memberikan panggung seluas-luasnya bagi pegiat UMKM lokal, termasuk difabel, untuk menciptakan peluang lewat pemanfaatan teknologi agar bisa bangkit bersama memulihkan ekonomi,” ungkap Ekhel.

Secara inklusif, Tokopedia akan terus memfasilitasi siapa pun yang ingin mengembangkan bisnisnya melalui platform Tokopedia dengan menjadi Mitra Tokopedia. Yuk, kembangkan bisnis dan berkontribusi terhadap ekonomi digital bersama Tokopedia!

Penulis: Fitrah Habibullah | Editor: Bardjan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini