TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kalangan muda atau milenial kini mulai membanjiri pasar modal Indonesia. Bahkan keberadaan investor milenial mendominasi dari sisi jumlah.
Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia (BEI), investor muda di bawah usia 40 tahun sebesar 2,61 juta atau 80,4 persen.
Pertumbuhan kumulatif investor muda berusia 18-25 tahun meningkat menjadi 731.634 orang atau 45,7 persen dari total investor baru tahun ini.
"Ini merupakan tren yang baik dan diharapkan ke depannya investor muda dapat terus meningkat dan meluas guna meningkatkan literasi, edukasi, dan partisipasi generasi muda Indonesia terhadap pasar modal Indonesia," kata Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi dalam webinar Kagama Economic Outlook, Jumat (17/12/2021).
BEI juga melaporkan peningkatan investor ritel kembali terjadi. Hingga akhir November 2021, jumlah investor pasar modal melonjak 3,27 juta orang sehingga totalnya mencapai 7,15 juta investor.
Baca juga: Investor Asing Banyak Melego Sejumlah Saham pada Perdagangan Akhir Pekan Ini, Berikut Daftarnya
Inarno mengungkap kenaikannya setara 84 persen. Artinya sejak tahun 2016, terjadi peningkatan investor pasar modal sebanyak 8 kali lipat.
"Tercatat hingga akhir November 2021 ada tambahan 3,27 juta investor pasar modal baru menjadi 7,15 juta investor," kata Inarno.
Inarno menuturkan, pertumbuhan investor ini melebihi pertumbuhan 3 tahun terakhir jika dijumlahkan. Untuk investor pasar modal misalnya, jumlahnya meningkat 6,2 kali sejak tahun 2016.
Peningkatan pun turut diikuti dengan jumlah investor yang aktif bertransaksi. BEI mencatat, ada sekitar 200.000 investor aktif setiap harinya. Investor ritel bahkan merajai transaksi bursa di tahun 2021, dengan porsi transaksi mencapai 57 persen.
"Jadi ini syukur Alhamdulillah berkat kemajuan teknologi sehingga growth investor meningkat pesat sekali," beber dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, peningkatan jumlah investor termasuk dengan aktivitas investor ritel merupakan buah kerja keras BEI yang terus-menerus melakukan sosialisasi, edukasi, dan literasi kepada masyarakat.
Selama pandemi Covid-19 kata Inarno, BEI melakukan sosialisasi dengan layanan publik secara online dan offline. Sosialisasi yang sudah berlangsung tembus 8.875 kegiatan edukasi dengan jumlah peserta 1,1 juta orang hingga November 2021.
Inarno menargetkan edukasi terus berjalan sampai akhir tahun hingga tembus angka 9.000 sosialisasi.
"Ini tentunya tidak bisa kita lakukan bila hanya secara fisik, ini hanya bisa kita lakukan karena dilakukan dengan adanya digitalisasi," pungkas Inarno.
Baca juga: Dua Tahun Beroperasi, Platform Trading Saham Ajaib Rangkul 1 Juta Investor Ritel
Kenaikan Signifikan Investor Pasar Modal
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan kenaikan signifikan dari jumlah investor pasar modal sebesar 85,3 persen, menjadi 7,1 juta investor dibanding periode sama tahun 2020 sebesar 3,8 juta investor.
Dalam acara Media Gathering 2021 secara virtual yang digelar, Kamis (9/12/2021), Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan, investor di dalam negeri terbesar berada di pulau Jawa dengan komposisi 69,87 persen dari total investor di tanah air.
"Investor pasar modal tercatat hingga akhir November 2021, terdapat penambahan 3,27 juta investor pasar modal baru menjadi 7,1 juta, meningkat 84 persen. Dalam kata lain terdapat peningkatan kalau dibandingkan tahun 2016 ada peningkatan sebesar 8 kali lipat dari 2016,” kata Inarno.
Inarno menyebutkan, pertumbuhan jumlah investor di tanah air terjadi karena pemerataan infrastruktur dan transformasi teknologi seperti, fasilitas pembukaan Rekening Dana Nasabah (RDN) dengan prosses yang lebih cepat dan mudah melalui perangkat yang terkoneksi internet.
Baca juga: IHSG ke Zona Merah Usai Dibayangi Omicron, Berikut Saham-Saham yang Banyak Diobral Asing
"Inilah berbagai inisiatif yang kami lakukan dengan arahan OJK agar jumlah investor bisa lebih merata," kata Inarno.
Sementara itu, jumlah investor reksa dana tumbuh paling besar atau sebesar 106,3 persen menjadi 6,5 juta orang hingga 3 Desember 2021 berdasarkan data KSEI.
Sebanyak 99,51 persen dari total investor pasar modal saat ini adalah investor ritel, sedangkan sebanyak 0,49 persen lainnya merupakan investor institusi.
OJK menyebutkan, 59,81 persen investor berasal dari kelompok umur di bawah 40 tahun, sedangkan sebanyak 21,48 persen berasal dari kelompok umur 31-40 tahun.
Artinya lebih dari 80 persen investor di dalam negeri merupakan generasi milenial dan generasi z dengan total aset Rp 138 triliun.
Aset terbesar di pasar modal masih didominasi oleh generasi X dan baby boomer yang mana untuk usia 51 hingga 60 tahun menguasai asset sebesar Rp 214 triliun, sedangkan kelompok umur lebih dari 60 tahun menguasai lebih dari Rp 400 triliun.
Inarno memaparkan, per 8 Desember 2021 terdapat 51 emiten yang melakukan IPO dengan total penghimpunan dana Rp 62,08 triliun, jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar Rp 5,58 triliun.
Baca juga: Karena Omicron Harga Saham Jatuh, Bagaimana Dengan Perdagangan Besok? Sektor Mana Yang Bisa Untung
“Sekarang ini masih ada 26 perusahaan yang masuk dalam pipeline IPO. Dengan begitu, menempatkan Indonesia dengan pertumbuhan tertinggi (perusahaan yang melakukan IPO), 40 persen ketimbang negara-negara di ASEAN,” ujar Inarno.
Hingga saat ini, total perusahaan tercatat di Indonesia sejumlah 762 perusahaan. Sementara beberapa negara tetangga seperti bursa Vietnam tumbuh 26 persen dengan jumlah emiten 404 dibanding tahun 2016, kemudian bursa Thailand naik 17 persen, atau 767 emiten dibandingkan periode 2016.
Bursa Malaysia juga tumbuh 4,8 persen menjadi 946 emiten pada periode yang sama, dan bursa Filipina juga naik 3 persen menjadi 273 perusahaan. Sementara bursa Singapura turun 11,4 persen.
Saham Teknologi Kian Diminati
Saham teknologi diproyeksikan akan meningkat pesat dalam beberapa tahun. kondisi tersebut tidak terlepas dari fenomena digitalisasi bisnis yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Praktisi Pasar Modal, Erman Sumirat mengatakan, efisiensi sumber daya manusia kian tergeser oleh teknologi. Kondisi ini yang memicu saham teknologi kian diminati investor di pasar modal.
"Digitalisasi bisnis salah satu prioritas industri, di mana efisiensi kinerja teknologi digital sudah banyak dilakukan saat ini," ujar Erman, Kamis (14/10/2021).
Saat ini, kata dia, bursa saham sudah menyentuh angka Rp 6.500 triliun. Dari berbagai sektor usaha, saham teknologi menjadi emiten paling unggul.
Bisa dibilang, sektor teknologi hingga kini menjadi primadona. Dalam webinar Paradigma Keuangan dan Pasar Modal Ekosistem Industri Digital, Erman mengungkapkan, perusahaan yang memimpin kapitalisasi market pada 2008 rata-rata bergerak di sektor minyak dan gas (migas).
"Pada 2021 dari 10 perusahaan besar di dunia, sebanyak 7 perusahaan bergerak di sektor teknologi," katanya.
Baca juga: IHSG ke Zona Merah Usai Dibayangi Omicron, Berikut Saham-Saham yang Banyak Diobral Asing
Kontribusi bisnis digitali Indonesia diproyeksikan akan tembus 124 miliar dollar AS dari total 300 miliar dollar AS pada 2025 di Asia Tenggara.
Selain itu, ada lima sektor bisnis yang diperkirakan mengalami pertumbuhan sangat pesat beberapa tahun ke depan antara lain e-commerce, media massa, transportasi, travel, dan financial services.
"Sebagai contoh, telemedicine ini ramai sekali. Di Indonesia terwakili HaloDoc, sudah jadi unicorn. Bahkan bulan lalu, jumlah klik lebih banyak dari Gojek sebagai perusahaan induknya," katanya. (Kompas.com/Tribunnews.com)